EPILOG
Rheina
Al-hasanah nama yang kata orang bikin geger yang mendengar. Prediket terbaik
dengan gelar siswi teladan se-kabupaten, sekarang menjadi mahasiswa semester
lima dengan sejuta pesona, siap memikat siapa saja, gadis langsing bertubuh
sintal bermata coklat dengan bulu mata yang lentik, Rambut Panjang berkemilau
indah menambah nilai plus dengan tipe wajahnya yang biasa-biasa saja. Kuning
langsat melekat pada kulit berdarah tapanuli Asli, menarik simpati jika
suaranya indahnya mulai menyapa, khas gadis cerdas, selalu menyulap mata
penonton, terpana! jika ia sedang berorasi di kampus bahkan sekalipun di
hadapan Bupati dan Bapak Gubernur, selalu mendapat kata “super” dari
teman-temannya, intelijensi yang diatas rata-rata, membuat siapa saja berdecak
kagum jika melihat persentasenya di depan dosen se-olah Ia adalah manager yang
tengah merancang proyek besar. Anak Bontot dari dua bersaudara, pasangan
Rhida maulida Nasution dan Keni Riyadi Lubis, artinya Rheina Cuma punya satu
saudara, Rhina. Kakak pertamanya yang baru lulus wisuda S1, Sarjana Ekonomi,
sudah menikah di usia 21 tahun dengan seorang dosen muda yang menjadi mentornya
disebuah organisasi, dengan bantuan dosen tersebut Rhina akhirnya lulus dengan
selamat tanpa hambatan apapun, Sangat bertolak belakang dalam hal pendidikan
dengan Rheina, Rheina tidak suka Ekonomi, Ia mengambil jurusan yang diluar
dugaan keluarga, Manajamen Pendidikan Islam, yang akan melahirkan dirinya
menjadi calon manager pendidikan alias kepala sekolah, Indeks Prestasi
Kumulatif setiap semester tidak perlu di ragukan, selalu peringkat ter-atas
dalam segala bidang, lahir dari keluarga yang serba dalam keterbatasan,
ayah yang dari dahulunya sering sakit-sakitan, sedangkan sang Ibu yang
sebenarnya tidak hobi dengan interaksi ajar-mengajar justru sebagai Honorer di
sebuah lembaga pendidikan yang sama sekali tidak ternama, apa hendak dikata
Sang Ibu harus tetap mengkayuh kapal anak gadisnya agar tidak karam sebelum
sampai ke pelabuhan. Rhida! Ibu dari Rhina dan Rheina tetap mampu mengendalikan
Roda perkekonomian keluarga, terbukti dengan wisudanya si sulung menjadi
Sarjana Ekonomi, dari tabungannya yang tidak seberapa Rhida dengan bismillah
meng-kuliahkan anak gadisnya, karena keterbatasan ekonomi Ia harus merelakan
Rhina dipinang pada tahun pertama di bangku kampusnya, meskipun harus menikah
muda di awal semester satu, biaya pendidikan saat ini yang menjulang tinggi
membuat Rhina berpikir, mungkin hanya dengan cinta si Dosen Ia bisa malanjutkan
pendidikannya, Rhina akhirnya di bantu oleh dosen muda yang mapan untuk urusan
biaya pendidikannya hingga kini menjadi suaminya, tapi semua itu, tetap
saja Berkah Cinta sang Ibu yang tiada batas, pulang dari mengajar Ia masih
bekerja sebagai tukang cuci ke rumah-rumah para orang kaya, ketika pulang dari
dinas mencucinya, Rhida Selalu membawa rezeky yang sering diberikan majikan,
dari hasil keringat yang tak pernah kenal lelah itu-lah, Ia berharap kelak anak
gadisnya menjadi orang sukses seperti Khadijah Al-munawwaroh, Sang wanita
inspiratif Dunia, yang mampu mengendalikan Ekonomi Rakyatnya. Itulah mengapa Ia
menyuruh Rhina si sulung mengambil jurusan Ekonomi, suatu saat nanti Rhida
ingin Rhina dapat menjadi duplikat dari Khadijah Al-Munawwarah, sang wonderwomen,
wanita pertama yang sukses terjun ke dunia bisnis bernama Ekonom, Namun Ia
tidak bisa memaksa kehendak untuk si bungsu yang justru memilih profesi sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa, mengikuti jejaknya yang sama sekali tidak Ia
inginkan, Ia sangat mengetahui watak putri bungsunya yang keras, tegas dan
superior, Ia yakin kalau si bungsu mampu mencapai apa yang di cita-citakan,
dengan keyakinan itu pula Rhida bermimpi kelak si bungsu sukses menjadi
orang, tidak menikah sebelum memboyong piala keberhasilan kepadanya, namun
Saat ini! Suara si bungsu yang selalu berani dan cerdas itu sedang berhadapan
dengan suara sesuatu, yah..suara cinta!!! Rheina si cerdas bermata teduh,
sedang terombang-ambing memikirkan usianya yang mulai menyadarkannya pada satu
titik pernyataan telak, “menikah” kata itu menjadi sesuatu yang sangat
memotivasi dirinya, kesadarannya dimulai saat satu persatu teman semasa SMA
mulai membina rumah tangga, menimang bayi dan selalu melontarkan pertanyaan
yang membuat telinga Rheina memerah. “Kapan lagi Rhe?” kalimat yang selalu
mengganggu. padahal usia Rheina baru 21, “ jangan sekolah melulu ntar
keburu tua”. Kata-kata pedas yang selalu menyulut emosi, Maklum saja! kakaknya
menikah muda pada usia 21 juga, ditambah Rheina dan keluarga masih bermukim di
sudut kota yang pemikiran penduduknya masih simple-simpel saja, lulus
Sekolah Menengah Atas sudah termasuk gadis yang punya pendidikan mapan. Dan
harus segera ada yang meminang. jika usia diatas 20 belum juga ada yang
melamar, gelar perawan tua melekat dengan sendirinya, status Rheina sebagai
mahasiswa, tentu saja tidak se-pemikiran dengan penduduk kampungnya, tapi
pertanyaan kapan lagi sangat mengganggu setiap Ia pulang ke rumah orang
tuanya. Semester tiga, tahun lalu. Status yang melekat padanya sebagai gadis
jomblo mulai pudar, berganti dengan “Pacarnya Raihan” Rheina akhirnya punya
pacar, layak disebut gadis normal, begitulah pikiran teman-temannya, siapa yang
tidak kenal Raihan di kost Rheina? Semua mengenalnya dengan baik, tanpa cacat
apapun dimata kawan-kawan Rheina, bak seorang pangeran yang sempurna mencintai
Rheina, semua bermula dari liburan semester di kampung halaman, Rheina
berkenalan dengan cowok-cowok baru yang nge-kost di samping rumahnya, ada Rian,
Renda, Reno dan termasuk Raihan, empat cowok yang menjadi karyawan kontrak
baru pada perusahaan local yang ada di kota tempat tinggal Rheina, kebetulan
punya nama dengan huruf awal yang sama. Sempat membuat Rheina berpikir kalau
mereka kakak-beradik, ternyata justru sebaliknya, bahkan ke-empat cowok
tersebut baru berkenalan satu sama lain saat mereka lulus tes menjadi pegawai
kontrak di perusahaan yang berjarak sekitar 15 kilometer dari rumah Rheina.
Diantara semua anak kost Raihanlah yang dengan jelas jatuh cinta pada
pandangan pertama, berlangsung begitu saja, alami dan bisa di tebak arahnya.
Raihan berusaha mendapatkan Rheina dengan segala usaha yang Ia lakukan demi
mencuri hati gadis yang sangat anti pacaran, Ehem…!Raihan memang cowok
super baik hati, rela membagi waktu buat sang kekasih, meski terkadang
mengorbankan waktu bekerjanya sebagai karyawan yang professional, Raihan yang
berusia 24 tahun, baru saja lulus traning menjadi karyawan kontrak di sebuah
perusahaan swasta lokal, Sebenarnya cukup untuk menjadi sosok lelaki yang mapan
mendampingi Rheina yang masih belia dan masih suka ini-itu yang serba
bermacam-macam. Raihan Cuma punya waktu lima hari, dalam sebulan sebagai hari
off bekerja. Namun cowok yang sangat setia itu, selalu meyempatkan diri
menjenguk Rheina yang kuliah berlainan kota dengan jarak tujuh jam perjalanan,
tapi itu bukan hal yang cukup untuk membuat seorang Rheina “BENAR-BENAR” jatuh
hati pada Pemuda baik hati itu. Namun setidaknya Rheina berpikir dua kali untuk
menyakiti perasaan Raihan, dengan satu alasan Rheina telah termakan budi
baiknya, akhirnya dengan alasan itu Ia menerima Raihan sebagai pacarnya,
kini Rheina sudah semester lima, dua tahun pacaran banyak hal baik yang
dilakukan Raihan untuk Rheina, hingga gadis itu menjadi ketergantungan, merasa
hidupnya sia-sia tanpa kehadiran Raihan, Raihan telah membantu biaya kuliah
Rheina yang hampir kandas karena keterbatasan ekonomi keluarga, membuat Rheina
merasa berhutang budi, Tidak ada seorangpun yang bisa menebak apa yang ada
dipikiran Rheina, termasuk Sherly sahabatnya. Rheina merindukan seseorang, dan
seseorang itu bukan Raihan. terkadang hatinya membantah kalau Ia tengah jatuh
cinta, dua tahun tidak bertemu sosok yang sangat Ia rindukan, membuat IPK
Rheina nyaris ambruk ke angka 3,0 dari 3,69. Bayangkan..begitu besar pengaruh
cinta pada Rheina bahkan mengalahkan logikanya.
Sebenarnya
Rheina punya niat dan cita-cita menikah muda tapi sebagai perempuan yang
dikenal dengan berbagai kelebihan wajar rasanya Rheina punya pendamping yang
sepadan dengan popularitasnya dimata publik. Meski Rheina tidak punya permintaan
jodoh yang terlalu muluk kepada tuhan, Ia hanya ingin mencari suami yang
masuk dalam daftar kriteria yang sudah tercantum dalam buku agendanya, tersusun
sempurna:
- Mencintai
apa adanya, bukan Cuma mencintai dia secara fisik tapi juga mencintai
semua sisi yang ada, termasuk mencintai karakter, sifat, dan prilaku yang
paling jelek sekalipun.
- (Fisik)
kalau bisa! hitam manis, mata sipit, punya senyum yang menghipnotis setiap
saat. Ukuran postur biasa aja.
- Menikah
di usia muda, 22 tahun
- Anak
pertama laki-laki, lahir pada tahun kedua pernikahan.
- Menjadi
wanita karir tanpa mengorbankan qudrat sebagai Ibu rumah tangga.
- Anak
kedua perempuan lahir tahun ke-empat pernikahan
- Punya
rumah sendiri tahun kelima pernikahan
Selera
Rheina memang tidak berlebihan, dan orang yang punya ciri tersebut sudah Ia
temukan dari dua tahun lalu, tepat saat ia jadian dengan Raihan tapi sayang!
jalinan indah itu terputus begitu saja, tidak ada lagi komunikasi, hingga malam
ini saat Rheina kembali membuka buku agendanya, Ia teringat se-seorang, di
agendanya Ia menyusun semua perencanaan pernikahan yang menurutnya sangat
matang, tabel managemen pernikahan dini yang Rheina susun cukup sempurna,
delapan bulan lagi usianya menginjak 22 tahun, Rheina tiba-tiba gemetar
bayangan managemen cinta yang Ia susun seolah menemukan gapura menuju
kegagalan. Benarkah? Kini usianya beranjak 21 tahun lebih empat bulan,
namun Ia belum bisa melupakan wajah itu, wajah yang kini Ia tidak tahu
dimana Rimbanya, retinanya terkadang memerah mengingat proyek besar cinta
yang Ia susun gagal. Benarkah akan gagal?jodoh seperti apa yang Rheina inginkan
sebenarnya?siapakah yang membuat seorang Rheina yang superior mendadak menjadi
Pentium satu?.
BAB I
RINDU TERBALUT LUKA
Kost
bertingkat dua sepi, maklum malam minggu. Malam yang kelam bagi Rheina.
Kakinya menyeret langkah menuju balkon di samping tangga menuju atap rumah,
tangannya menggegam kertas kecil, memandang indah jalanan dengan lampu jalan
yang kerlip, kontras di tengah kota Pekanbaru. Galau!! Rheina menyandarkan
tubuh rampingnya di antara jemuran anak kost disisi balkon. Pikirannya
menerawang mewakili hatinya yang sedang nelangsa, Ia tengah berhadapan dengan
dua sisi hati. Bola matanya yang coklat tengah memandang kertas yang ada
digenggaman mungilnya, tergenggam erat, alamat beserta no-hp yang sedari dua
tahun silam ingin dicarinya ada di kertas itu, alamat yang selalu membuat
hatinya bertanya-tanya benarkah Ia RINDU? Atau hanya sekedar rasa
penasaran?tidak ini bukan Rindu atau Rasa penasaran, hanya ingin bertukar
kabar, menjalin silaturrahmi sama Teman lama bukannya hal biasa!kenapa harus
takut atau gemeteran?yah….silaturrahmi, rasanya alasan yang logis buat hatinya
yang hampir banjir bandang oleh desir darah dan denyut jantung bak mobil
sircuit dengan rem yang sudah blong, inikah yang ia Rindukan 2 tahun
lamanya?menyimpan semua ingatan ketika cinta mulai menyapa? mengalahkan
logikanya sebagai Gadis Kampus yang dikenal anti cowok.
“
Rhe…kamu lagi dimana?Rheina…” itu suara Sherly
Rheina
menyeka sisa air matanya, takut kalau Sherly sampai mengetahui Ia menangis,
kuliah panjang yang akan menjadi makan malam bagi Rheina.
“aku
disini Sher. Diatas, dekat jemuran..” Rheina setengah berteriak.
Tidak
berselang lama Sherly yang sudah berdandan manis berdiri di depan Rheina yang
sudah seperti mayat hidup, tanpa Rheina sadari rambutnya yang acak-acakan
membuat Sherly menatap serius tepat kearah mata Rheina, seolah tengah mencari
sesuatu yang disembunyikan sahabatnya.
“
ngapain liatin kayak gitu?.”
“
seharusnya aku yang nanya, ngapain kayak mayat hidup gitu?”
“nggak
ah..biasa aja”
“biasa
aja gimana? Mau bilang kalau matamu baru kena sengat lebah, bengkak kayak baru
di smek down.” Sherly berkacak pinggang siap, dengan ceramah tanpa judulnya.
“
Ia…ia aku emang baru nangis, Cuma kangen sama mama kok, nggak lebih”
“
kangen sama makhluk alien juga nggak masalah.”
“
Sher..
“Na..jangan
bohongin aku yang udah kenal lama sama kamu, bukannya aku nggak tau apa yang
kamu pikirkan, kamu lagi mikirin si alien itu kan, cowok nggak jelas statusnya,
kamu kena virus santet ya?nyari cowok yang belum tentu ingat sama kamu!liat tuh
si Raihan udah mati-idup ngejar-ngejar kamu, bahkan udah jungkir balik untuk
mendapatkan hati kamu, eh..kamunya malah nyari cowok yang Cuma nongol dalam
mimpi kamu Rhe…….!isi otak kamu itu apa sih sebenarnya”
“ya
ampun Sher..”
“udah!
jangan nyari alasan, tu apaan yang kamu pegang.” Sherly menarik sobekan kertas
kecil dari tangan Rheina. Mengeja angka-angka yang tertera di kertas.
“pikirin
aja apa yang udah Raihan berikan buat kamu. moril dan materilnya, sewa kos di
bayarin, SPP kamu di lunasin, blom lagi kalau mau pulang dia ninggalin kamu
duit belanja! padahal kamu blom jadi biniknya Rhe…kurang apa lagi sih..nggak
kasian liat pengorbanan Raihan yang begitu besar.” Sherly mengembalikan kertas
kecil itu dengan kasar.
“jangan
sampai mengorbankan perasaan orang lain hanya ke-egoisan perasaanmu sendiri”.
Suara
Sherly mulai merangkak beberapa oktav. Sherly memang selalu begitu, niatnya
perhatian. Tapi kadang over perhatian membuat kesal. Rheina memilih diam
menutup wajahnya yang lelah, lelah menutupi sisi hatinya. Matanya kembali
memerah, mengambang mewakili bhatinnya yang ter-enyuh, Rheina sendiri tidak
mengerti apa yang Ia rasakan. Apalagi sahabatnya, yang hanya bisa memberi komentar
bukan solusi yang seperti Rheina inginkan.
“Aku
tidak memaksa kamu untuk mencintai siapapun Rhe…aku hanya minta kamu
mempertimbangkannya, aku tau kamu mencinta Rifa’i kan? kamu juga tahu dia teman
akrab Raihan, ingat itu Rhe..Rifa’i itu teman akrab plus sahabatnya Raihan!satu
Crew, satu Tim dalam bekerja, lagian dia tidak pernah menghubungi kamu, jelas
ia tidak ingat kamu, apa susahnya sih melupakan cowok yang….bla bla bla.”
Ocehan
Sherly semakin panjang semua tentang betapa baiknya sosok Raihan dan betapa
buruknya sosok Rifa’i. membuat Rheina menyesal mengapa Ia terbuka kepada
temannya yang satu ini, kalau ceramah bisa berhari-hari, Sherly adalah orang
yang sangat mendukung hubungan Rheina dan Raihan, bukan sekali-dua kali, Rheina
bertanya pada dirinya sendiri, acapkali Ia merenung membaca sisi hati yang
tengah bimbang. Benarkah yang dikatakan Sherly?kalau Ia mencintai Rifa’i.
tidak..Rheina mengutuk otaknya yang tiba-tiba Ia rasa tidak lagi berfungsi.
Kemana Intelijensi yang selalu di acungi jempol oleh semua dosen bahkan Bupati
maupun Bapak Gubernur?akal sehatnya mendadak mampet. Semua satu
alasan, Kerinduan yang datang tanpa di undang. Kerinduan pada masa lalu yang
indah bersama sosok hitam manis, jika senyum selalu memamerkan gigi yang
berderet rapi, gingsul yang muncul saat tertawa lepas, yang bagi Rheina
menambah bacaan error pada otaknya, seakan otaknya benar-benar tidak lagi
berfungsi. Ternyata logika Rheina yang superior tidak dapat mengalahkan logika
cinta, Rheina membenarkan isi lagu agnes monica, cinta memang tak ada logika.
Tapi Rheina tetap berusaha mengganti judul lagu agnes menjadi lagu yang
sering Rossa nyanyikan, cinta harus pakai otak dan logika.
“
Masih mau bengong mikirin makhluk alien.?ada yang jelas, mau sama yang nggak
jelas kamu Rhe.!”
“
tinggalin aku sendiri ya Sher, aku lagi pengen sendiri.”
Kini
tidak ada yang dapat membendung bendungan yang sudah lepas, air bah mulai
banjir, Kristal bening merayap dari retinanya, tidak ada yang mendukung
perasaan yang Ia rasakan. Rheina menangis, meluapkan perasaan ketidak
berdayaannya.
“
oke..tapi ingat!! jangan mikirin makhluk yang hanya nongol dalam mimpi kamu,
fiktif, tidak jelas, jangan buang-buang airmata untuk hal yang fiktif,
percuma.”
“jangan
pernah bilang dia nggak jelas!dia sangat jelas, dia memang tidak pernah
menghubungi aku lagi, tapi itu setelah dia tau aku pacar Raihan. Sebelumnya
Rifa’i tidak pernah alpa nelfon maupun sms aku, bahkan sesudah Aku jadian sama
Raihanpun kami masih komunikasi. dia tau Aku pacaran sama Raihan waktu dia
minjam hp-nya Raihan dan melihat foto ku ada dilayar HP-nya Raihan. Setelah itu
dia sms Aku dengan kata-kata yang menyakitkan sekali Sher, setelah itu tidak
pernah menghubungi Aku lagi. Kamu harus tau itu, aku tau kamu tidak menyukai
Rifa’I tapi aku…aku kangen sama dia Sher”
Kalimat
pengakuan itu keluar juga. Dengan sedikit menahan emosi Rheina membela Rifa’i.
menjelaskan vonis yang diberikan Sherly terhadap Rifa’i itu salah besar.
Walau pada akhirnya tangis Rheina meledak, Ia sesunggukan. Sherly kasihan
sekali melihatnya. Ia yang hendak melangkah turun tangga mengurungkan niatnya,
berusaha menenangkan Rheina, merangkul sahabatnya yang sudah terisak tak
berdaya.
“maafin
aku Rhe, aku nggak ingin kamu kecewa, itu aja! kalau dia tidak pernah
menghubungi kamu, Berarti dia tidak mencintai kamu..”
“Justru
karena itu aku yakin dia mencintai Aku! lihat ni baca sendiri.”
Rheina
menyodorkan hp dengan airmata yang sudah membanjiri pipi-nya, membuka kunci
pengaman hp beserta file sms yang masih disimpannya selama 2 tahun, jelas nomor
itu sudah tidak aktif lagi.
PASRAH ADALAH TEMPAT PENGADUAN TERAKHIR-Q KETIKA PESONANYA
TELAH MENJADI MILIK ORANG…YAH…MILIK SAHABAT-KU SENDIRI!!
“Kamu
masih bilang kalo dia tidak punya perasaan apa-apa sama aku Sher..?”
Sherly
bingung sendiri, bagaimana bisa seorang Rheina yang sukar tergoda menyimpan sms
yang sudah bertahun bahkan nomor si pengirim sudah tidak aktif lagi? bahkan
Sherly melihat dan membaca dengan jelas file panggilan masuk dengan nomor yang
sama masih tersimpan, begitu dalamkah cinta Rheina?sampai harus mengenang
setiap detail komunikasi yang terjalin.
“Tapi
Rifa’i itu sahabatnya Raihan Na..kamu harus ngerti itu…” suara Sherly kembali
normal.
“Kalau
aku tidak mengerti itu, Aku sudah dari dulu backstreet-an sama dia Sher…aku
masih menghargai Raihan.”
“Terserah
deh, aku mau jalan dulu, jangan sampe bunuh diri gara-gara cowok yang nggak tau
dimana rimbanya ya sayang?ok” Rheina tersenyum hambar tidak membalas
pedasnya kata-kata Sherly meskipun disampaikan menyusul dengan kata sayang...
“Nggak
segitunya Sher!”
Sherly
berlalu tanpa komentar lagi, andai pun ia komentar dan berargumen agar Rheina
mengundurkan niatnya untuk menjalin komunikasi kembali dengan Rifa’i itu pasti
sia-sia, Rheina bukan gadis yang mudah untuk di nasehati, Sherly menggeleng
lemah menatap Rheina sebelum akhirnya angkat kaki dari pintu balkon. Meski
tidak mengerti isi pikiran sahabatnya, Ia Berjanji akan membantu Rheina
melupakan kenangan indahnya, Rheina masih menggemgam alamat dan nomor-hp
yang Ia dapatkan dengan susah payah, menetralisir desir darah yang sudah tak
karuan alirannya..ponsel yang sedari tadi di genggamnya mulai basah oleh
keringat yang tidak lagi bersahabat meski cuaca sangat bersahabat, benda
mungil pemberian Raihan pada ulang tahunnya yang ke-20 seakan menari-nari membujuk
sang majikan untuk segera menekan nomor yang tertera di kertas kecil yang kusut
oleh genggaman erat pemiliknya. Kabar yang terakhir Ia dapatkan Rifa'i Mandah[1]
ke Kalimantan, apa yang akan Rifa’i katakan, jika tiba-tiba
seorang dari masa lalu datang menelpon, dan apa yang ia ucapkan? dua tahun
waktu yang sangat lama tentunya, tanpa komunikasi sama sekali, apakah Rifa’i
masih mengingatku?nggak mungkin secepat itu dia lupa!apa yang dikatakan Rifai
nanti? apakah Ia merasakan seperti yang kurasakan?jika Ia, bagaimana dengan
Raihan? haruskah aku menghianatinya? menghianati setiap kejujuran dan ketulusan
yang Ia berikan? Bathin Rheina berperang melawan kebingungan yang tiba-tiba
melintas, wajah Raihan bermain di matanya bersamaan kerinduan pada Rifa’i yang
meluap mengimbangi akal sehatnya. Rheina berusaha menahan Isak tangis dengan
menggigit bibirnya, meluapkan ketidak berdayaannya melawan cinta yang jelas
mengalahkan logika superior yang Ia punya.************************
Sudah
lebih dari dua jam Rheina duduk termangu sendirian, masih menggemgam erat
alamat beserta No Hp yang sudah Ia dapatkan dari salah satu teman kerjanya
Raihan, sebenarnya bisa saja Rheina meminta itu pada Raihan tapi Rheina takut
Raihan mencurigainya. Malam semakin merambat, penghuni kost hanya tinggal
Rheina, Pikirannya Nelangsa ke dua tahun yang lalu.
Sapayuang kito baduo, kok kuyuik samo sadingin. Langkah
sai-iring sarantak ayun Sadendang jo kato cinto. Di-buai jo raso rindu-Si-angan
nan mambaokkan..Jo itu kini nan den rasokan…manihnyo cinto…dimaso lalu…Takucak
badan dek hati seso…duto manjelo maliliak badan.Takaruah juo jo kato ibo di
hati nan ko… Ganggaman arek lapeh jadinyo.. Di-ujuang sanang nan
bahilangkan…tinggalah luko di denai…..alun tabuang….
Lagu
dengan lirik dan bahasa daerah itu bermain-main di benaknya!
“Kenalin
Rhe..!ni Rifa’i kawan satu kerjanya abang..
“Rifa’i..”
tangan kanannya ter-ulur minta disambut, tangan kirinya memegang sebuah kaset.
“Rheina..”
“Kaset
apaan tu…
“Coba
putar Ray.. lagu kesukaan-ku ne…
“
Rheina bikin minum dulu ya?”
“wah..Keluarin
aja semuanya…minum, makan juga boleh, apa aja deh, udah di anggap rumah
sendiri, yang penting jangan sampe di jual kan?!hahaha…”
Senyumnya,
sumringah ramahnya yang mudah akrab, suara khas yang membuat Rheina
ter-hipnotis, dialek Wong ndeso dengan logat jawa yang kental, Rheina tersipu,
sungkan Ia mengambil kaset yang ternyata diluar perkiraannya. Lagu daerah
Sumatera Barat, cowok aneh! Raihan bilang Rifa’i orang jawa, tapi Ia penyuka
lagu-lagu sumbar, yang ternyata Rheina juga sukai….suara khas Vanny vabiola
mengalun syahdu, tak ada lagi yang bisa Rheina ingat, setelah itu komunikasi
manis pun terjalin, mengalir begitu saja tanpa Rheina sadari Ia telah terjebak
oleh perasaannya sendiri, dari mulai sms yang berisi serba kata-kata perhatian
sampe telpon-telponan tengah malam, memang Cuma sampai di situ, tapi bagi
Rheina itu lebih dari cukup meyakinkan dia kalau Rifa’i mencintainya. Keakraban
itu seakan membuat Rheina lupa, Ia telah menyakiti seseorang, Keyakinan akan
cinta Rifa’i pun bertambah dengan sms yang dikirim Rifa’i setelah Rifa’i
mengetahui Rheina pacaran dengan Raihan. Sakit hatikah Rifa’i? sms- itu sangat
menyentuh hatinya, Rheina terbuai. Hingga Ia lupa telah menghianati cinta
Raihan, bukan hanya hal fisik yang membuat Rheina lupa segalanya jika bertemu
cowok humoris itu, agamanya yang harus diacungi jempol, sholat tidak pernah
alpa, Rifa’I pernah menginap di kost Raihan yang bersebelahan langsung dengan
rumah Rheina selama tiga hari, kurun waktu tiga hari nilai plus yang harus
diberikan, Rheina tidak pernah melihat Raihan maupun teman-temannya sholat lima
waktu, jam magrib saja mereka semua masih nongkrong dibawah pohon rindang
sambil tertawa lepas seolah dunia milik mereka hingga isya datang, saat Rifa’I
menginap Ia tidak pernah alpa berjamaah di mesjid seberang jalan, Rheina selalu
memperhatikannya, menambah kekaguman Rheina untuk Rifa’I, hingga suatu hari
setelah persahabatan itu terjalin cukup lama, ada hal yang terlupakan dan tak
terkabulkan oleh Rheina hingga kini, permintaan Rifa’i, Rifai meminta agar
Rheina memutuskan hubungan yang telah dijalaninya bersama Raihan, jika Ia ingin
bersama dengannya, ternyata laki-laki mudah membaca apa yang ada di hadapannya,
Rifa’I mengetahui kalau Rheina menyukainya, bukan itu saja! Rifa’i juga meminta
Rheina mengubah penampilannya yang sedikit modis meski menurut Rheina sudah
sangat syar’i, berganti dengan memakai gamis panjang dan jilbab lebar.
sehari-hari, Rheina memang memakai jilbab tetapi jilbab yang dikenakannya tidak
seperti yang sering dipakai oleh anak-anak lembaga dakwah sebuah organisasi
yang ada di kampusnya,
“Na..kamu
sayang sama aku?” Rheina mengangguk, anggukan Rheina pasti tidak terlihat oleh
Rifa’I di seberang telepon. Tapi Rifa’I sangat yakin kalau Rheina sedang mengangguk
tersenyum
“kalau
gitu kamu harus putusin Raihan, dan aku ingin kamu menutup aurat dengan
sempurna Rhe.”
“Maksud
mas?”
“kamu
pakai gamis ya, biar kelihatan lebih indah”
Begitulah
kata-kata berisi permintaan saat keduanya masih terjalin komunikasi manis.
Kalau permintaan itu di kabulkan!bisa-bisa Rheina si gadis pemberani, yang
tidak suka diatur siapapun, akan di ketawaian seluruh kost dan the geng-nya.
Bukan Cuma karena permintaan yang begitu berat dan perasaan semata yang
membuat Rheina menolak, Tentu tidak semudah itu memutuskan Raihan, Cowok
super baik hati yang rela merogoh kocek demi Rheina. Memberikan Rheina uang
belanja tiap bulan, Spp dibayarin tiap semester berharap Rheina akan menjadi
pendampingnya. Bahkan Raihan pernah berkata, apapun yang diberikannya buat
Rheina tidak minta dikembalikan, meski suatu hari nanti Rheina bukan jodoh yang
dikirim tuhan untuknya. sebenarnya Raihan juga datang dari keluarga yang
religious meski tidak seperti Rifa’i yang menurut Rheina over fanatic,
Meskipun tata cara Ia berbicara sangatlah gaul.
Namun
pada akhirnya jalinan komunikasi yang manis antara Rheina dan Rifa’I
terputus begitu saja, Rifa’I menyadari betapa Raihan sahabatnya mencintai
Rheina, dan dialah yang pantas mengalah bukan Cuma pantas tapi memang harus
mengalah bahkan menjauh dari Rheina, entah siapa yang memulai duluan, tiba-tiba
sms berisi kalimat perhatian terasa janggal, apalagi telpon-telponan,
hingga kabar Ia sudah pindah kerja nyaris membuat Rheina terpuruk dalam
kegalauan, dua tahun Rheina menahan luapan kerinduan yang sering di batas
rasionalnya, sampai saat malam ini, kerinduan itu menyegat ulu hatinya,
mengiris otaknya yang seakan menipis untuk memikirkan yang lain selain
keinginan berjumpa laki-laki asal tanah jawa yang mampu menciptakan bintang
kejora dimata Rheina.
“Rhena..kamu
ada disitu? Tiba-tiba sosok yang tidak Rheina inginkankan kehadirannya muncul,
memanggil Rheina yang melamun disudut balkon dari bawah kost-kostan, wajahnya
kelihatan lelah. Rheina menggeleng kaget, lamunannya buyar. Tersentak dan
langsung berdiri menatap ke bawah.
“Nggak
kenapa-kenapa!!abang darimana? kok tiba-tiba nongol.”
Bergegas
berlari menuruni anak tangga menuju lantai bawah antara terkejut dan…
“Lagi
off dah dari kemaren Sampenya, belum sempat kemari masih banyak keperluan
penting, tapi tadi Sherly nelfon katanya kamu nggak enak badan, makanya Abang
langsung kemari!” lagi off?! dari kemarin!? kenapa baru sekarang datangnya?
Meski
masih bingung, Rheina segera mengambil air minum, mempersilahkan Raihan masuk
ke ruang tamu dan duduk disisinya. Sepersekian detik dalam keheningan.
“Ada
yang kamu sembunyi-in dari aku Rhe?” Raihan memanggil dirinya AKU berarti
perkataannya diatas kata serius. Rheina menggeleng.
“Kamu
lagi sakit?” Raihan berusaha menetralisir suasana meski Ia tau suasana sudah
sangat tidak nyaman semenjak sesuatu Ia ketahui dan hatinya teriris.
Aku tau! pikiran kamu sedang tidak disini sayang…andai kamu
tau betapa sakit ketika aku tau ada yang lain dihatimu.
“Kamu
kangen sama abang?” pertanyaan membingungkan Rheina.
“Kamu
kangen sama mama?”
Semua
pertanyaan Raihan hanya di jawab senyum kecil Rheina tanpa mengeluarkan suara
khas gadis cerdasnya yang Raihan nantikan. Raihan bukan anak kecil yang bisa
tertipu dengan wajah polos dan diam yang di berikan Rheina.
“
Abang nggak bilang-bilang datangnya, Rhena bikinin mie goreng dulu ya?mau kan?
Pasti lapar.” Rheina mengelak dari keadaan, mei goreng buatannya memang
kesukaan Raihan. “ Rheina ke dalam dulu buat mie-nya!” sekali lagi. Kikuk!
Rheina mengubah keadaan.
“Rhe…nanti
aja masak mie-nya, ada yang mau jumpa kamu.” Tanpa basa-basi Raihan langsung
menembak sasaran. Rheina berpaling menatap Raihan curiga, tetap menyeret
langkahnya ke dalam rumah, Sigap Raihan menahan lengannya..
“Sebentar
aja..ada yang pengen ketemu kamu dan Aku tau kamu juga kepengen kan ketemu dia?
Sherly udah cerita semua ke aku.” mata itu mengharap iba.
Sherly?
Cerita? Rheina menggeleng antara terkejut dan heran, akhirnya mengalah, meski
heran ia menanti seseorang yang dikatakan Raihan, siapa pula yang ingin jumpa
dia?
“Assalamualaikum,
Rheina.” Suara itu, sangat Rheina kenal.
Se-seorang
yang tiba-tiba datang membaca salam dan memanggil lembut namanya, Rheina
berpaling menatap sosok laki-laki hitam manis yang begitu Ia cari-cari keberadaannya,
kini datang tanpa perlu dicari.. lelaki itu tersenyum se-akan mengetahui apa
yang tersimpan di benak Rheina, sejenak tak ada yang bisa Rheina katakan,
gembirakah Ia?Rheina hanya diam terkejut, wajahnya pias. kejutan yang tidak
lucu!matanya nanar, bias-bias kerinduan seakan berloncatan dari mata jenakanya,
namun lidahnya seakan tercekat, kerongkongannya kering, bendungan yang ia
bendung dua tahun lamanya jebol, retinanya mengeluarkan air mata, Rheina
menangis bukan karena kerinduannya yang sudah ter-obati, bukan juga karena
sosok lelaki itu kini berada tepat menatapnya, sungguh sebuah kejutan!sangat
mengejutkan, hingga Rheina masih berdiri mematung, membisu, memandang
pilu..se-seorang dengan balutan gamis panjang, jilbab lebar melilit indah
wajahnya, wanita itu menggendong bocah kecil tepat berdiri disamping Rifa’i.
lelaki yang Rheina Rindukan!Rheina ter-enyuh, hatinya ter-iris.
“Kenalin
Rhe…ini Istri Mas!”
Ternyata???
Antara bingung dan nervous, matanya menatap ke belakang, jadi Raihan
mengetahui..? pemuda berhati pualam itu balas menatap Rheina penuh
pengertian, seraya tersenyum mengengguk, ada ketulusan dimatanya. Tak ada lagi
yang bisa Rheina katakan, menjawab salampun Ia sudah tidak sanggup, semua
terjawab dengan kejutan special malam minggu yang kelam baginya. Sedikit
menahan sesak, tidak ada alasan untuk tidak mengulur tangan kanannya yang sudah
sedingin puncak Himalaya, membalas uluran perempuan yang diakui Rifa’I sebagai
istrinya.
“Rheina..”
“Sofiah.panggil
aja via.” Balas wanita itu tersenyum penuh teka-teki semakin membingungkan
Rheina.
Dari
wajahnya Rheina menilai, perempuan yang mengulurkan tangan padanya masih belia
sedikit lebih muda darinya, perempuan mungil bermata indah dengan senyum
kedamaian yang hadir membawa olahraga jantung untuk Rheina, mempererat
genggaman tangan Rheina tanpa canggung. Mengingat usia bocah kecil itu sekitar
dua tahun, berarti…?Ya Allah betafa naïf-nya Aku… Air mata Rheina seakan
tak ingin berhenti mengalir. Ia mengutuk logika-nya yang tak mampu
mengalahkan perasaan yang hadir membawa cinta. Berarti Ia telah menjalin
komunikasi manis itu ketika Rifa’I sudah punya istri, dan Raihan mengetahui
semua ini. Mengapa aku jadi sebodoh ini ya tuhan?apa yang engkau rahasiakan
dari hambamu ini. Maafin aku Raihan. Sherly benar.! Aku begitu beruntung
mendapatkan cintamu.
“
Rheina.” Suara Raihan mengejutkan Rheina yang masih terpaku menatap bergantian
Rifai dan istrinya seolah Ia ingin meyakinkan kalau ini bukan mimpi.
“kami
Cuma sebentar Na, kalau ada kesempatan insya Allah mas datang lagi bareng Via.”
Kenapa jadi formal begini?Kesempatan, tidak akan ada
kesempatan lagi mas. Aku akan melupakanmu dengan segera. Dasar laki-laki
penghianat, kalau saja istrimu tau apa yang terjadi selama ini. Persetan dengan
semua karakter religious yang kamu punya, tak lebih hanya topeng-mu untuk
menarik perhatian para wanita untuk berdecak kagum. Kenapa aku mengatakan
rifa’I berkhianat bukannya, aku yang ingin berkhianat, duh tuhan..maafin aku.
“tidak
minum dulu Fa’i?” basa-basi Raihan untuk Rifa’I. kebasian
“tidak
perlu Han. Mau kemas-kemas barang dulu, besok pagi langsung terbang”
“makasih
ya, sudah mau berkunjung.”
Kenapa
harus Raihan yang mengatakan terima kasih. Dua sahabat itu bersalaman saling
berpelukan. Istrinya tidak menyalami Raihan, hanya melipat dua tangannya ke
dada dan tersenyum. Kemudian menghampiri Rheina, memeluknya hangat.
“mas
Rifa’I cerita banyak tentang kamu, jangan lupa undangannya. Ditunggu lo Raihan
juga sering ke jawa, rumah kita ada disana, kamu harus datang” Kalimat yang
keluar seakan mereka sudah kenal lama. Rheina tersenyum paksa, bingung
hendak mengucapkan apa.
“ayo
Sanah..salim sama tante..” perempuan bermata teduh itu menyuruh anaknya
menyalami Rheina.
Siapa tadi namanya? Sanah. Rifai memakai nama Sanah, itu
penggalan dari namaku.
Bocah
mungil itu mengulur tangannya. Canggung Rheina membalas.
“sudah
berapa tahun usia Sanah, Via?” Rheina berusaha normal untuk bicara.
“sudah
2 tahun lebih dua hari, dua hari yang lalu dia ber ulang tahun.” Jelasnya tanpa
Rheina minta.
“kami
pulang dulu Han, assalamualaikum, jaga Rhena jangan sampe ilang.” Gurauan yang
tidak lucu.
“waaalaikum
salam.hati-hati, jaga hati..hehe” tawa keduanya lepas. Sopiah gadis ramah itu
memeluk Rheina spontan sekali lagi, membuat kaget Rheina. Membisikkan sesuatu.
“aku
membaca semua sms mas ke kamu Rhe, sms bisa dibaca tapi kalau komunikasi antara
kalian tentu tidak bisa ku dengar, karena aku tidak punya penyadapnya, aku tau
ada apa diantara kalian, jika tidak ada Raihan, aku rela berbagi bersama-mu.
Tapi Raihan butuh kamu. Semoga kalian berjodoh. amin”
Matanya
nanar, Rheina bingung sendiri. Namun segera mengangguk tanpa membalas kata-kata
perempuan itu. Akhirnya keduanya angkat kaki dari kost Rheina. Raihan dan
Rheina melepas pergi keduanya dalam kebisuan, sms apa yang sudah Via
baca?ucapan terakhir istri Rifa’I mengingatkan Rheina pada sms-sms dua tahun
lalu.
I love you…(sms Rifa’i)
I love you to (reflex tangan Rheina membalas sms, dan send )
Apakah
itu sms iseng dari Rifa’I atau dia serius Rheina tidak mau tau. Apa yang ada
dipikirannya itulah yang ditulis. Apakah sms itu yang terbaca oleh Via. Atau
sms-sms lainnya, ratusan sms dengan kata-kata manis yang tidak lagi Rheina
ingat memenuhi jalinan haram itu. Kadang hanya menanyakan, sudah makan
apa belum? Atau, udah mandi dek? Atau, sudah berangkat ke
kampus?hati-hati dijalan ya. Atau, jangan lupa sholat, dan makan ya?
Apakah semuanya terbaca oleh Via. Kenapa selama ini dia tidak menanyakan pada
Raihan apakah Rifa’I sudah punya istri atau belum. Betapa sakit rasanya jika
Rheina berada diposisi Via. Apa sebenarnya yang sudah diceritakan Rifa’I pada
Via. Hanya ada satu yang dapat Rheina jawab diantara rasa nervousnya, Dalam
waktu beberapa menit ini Rheina telah menemukan seorang bidadari bermata teduh
memeluknya penuh kedamaian, memberi sesuatu yang hangat pada diri Rheina. Kini
managamen cinta yang telah Ia rancang benar-benar telah masuk kedalam gapura
kegagalan, karena Ia tidak yakin apakah akan menemukan laki-laki yang
benar-benar Ia cintai, tulus dari hatinya, bukan sekedar formalitas sebagai
manusia. Tapi untuk saat ini Via benar, kalau Raihan butuh dirinya, segenap
usaha akan dicoba, untuk belajar mencintai Raihan. Sekian menit setelah kepergian
dua manusia yang tanpa disengaja telah mengusik cinta Raihan.
“Rhe.”
“maafin
Rhe ya bang, kenapa abang nggak cerita ke Rheina kalau…
“sssst..sudahlah
tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku hanya membantu Via, Ia yang bercerita pada
ku semuanya.”
“Via?maksud
abang.”
“aku
sudah lama mengenal Via, waktu bekerja satu tim dengan Rifa’I, mereka menikah
muda, dan Ia selalu menceritakan masalahnya padaku, karena menganggap aku
adalah orang yang paling dekat dengan Rifa’I, termasuk ketika Via menceritakan
tentang kamu, awalnya aku kaget sewaktu Via nyebut nama kamu, dan hubungan kamu
dan Rifa’I bukan hanya sebatas teman.”
“bang..
“nggak
papa Rhe. Aku yang salah aku yang mengenalkan kalian, kalau saja aku tifdak
pernah membawa Rifa’I menemuimu, mungkin ini tidak terjadi, aku berjanji pada
Via untuk mempertemukan kalian, kebetulan sekali Rifa’I pindah perusahaan
karena menganggap perusahaan tempatku bekerja, gajinya tidak sepadan dengan
status dirinya yang sarjana, Ia beruntung langsung diangkat menjadi manager
diperusahaannya yang sekarang, kami jadi jarang bertemu, dua minggu yang lalu
Ia mendapat proyek disini, perusahaannya menang tender, Rifa’I diam-diam
ke kost dan minta nomor mu ke Reno, Reno bilang dia tidak tau nomor hp kamu.
Dan Reno-lah yang emberitahuku tentang keberadaan Rifa’I disini. “
Rheina
termenung, ternyata kali ini Sherly salah, Rifa’i punya perasaan yang sama
dengan dirinya. Tapi Ia tidak tau apakah Ia bahagia mendengar ini atau sudah
pupus ditelan kekecewaan.
“tapi
kenapa abang nggak ngomong semua ini sama Rhe.”
Aku tidak ingin ada satu tetespun air mata di pipimu.aku
takut kamu kecewa rhe..
“maafin
aku Rhe, aku hanya ingin sampai saatnya kamu bertemu langsung istrinya, karena
aku tau, kalau kuceritakan semua tentang baik-buruknya Rifa’I, kamu pasti tidak
percaya, aku takut kamu mengira aku menjelek-jelekkan Rifa’I hanya untuk
menarik perhatianmu, aku ingin kamu mengetahui dengan sendiri.”
Rheina
menatap jauh ke dalam mata Raihan, tidak ada kebohongan disana. Semua murni
ketulusan semata.
“maafin
Rhe bang.” Rheina menggemgam tangan Raihan. Tapi Raihan melepasnya segera.
“sudahlah,
tidak perlu minta maaf, aku mencintaimu dan aku ingin membahagiakanmu, satu
permintaanku jika kiranya kamu mengabulkan, please..jujurlah, apapun yang kamu
rasakan. Cinta tidak bisa dipaksa Rhe. Jika laki—laki itu buka Rifa’I aku rela
melepasmu, jika Via tidak ada antara kalian dengan ikhlas aku memberikanmu
pada…”
“bang…”
Rheina menutup mulut Raihan segera, menyuruh untuk tidak melanjutkan
kata-katanya.
“jangan
pernah sebut nama Rifa’I lagi di depan Rhe, abang paham.”
Binar-binar
bahagia jelas terbaca oleh Rheina dari tatapan Raihan.
“kamu
janji akan melupakan Rifa’I Rhe?”
“bukan
Cuma melupakannya, tapi aku benar-benar membencinya, membenci setiap laki-laki
yang berkedok sok alim didepanku.” Penuh dendam Rheina mengucapkan kata-katanya
meski tidak bisa Ia pungkiri, hatinya sakit.
“terima
kasih Rhe.” Raihan merangkulnya.
Akulah
yang pantas mengucap terima kasih padamu Raihan. Karenamu aku selamat dari
jerat haram ini.***
Sakih
hati Rheina belum ada obatnya..
Namanya
nurhayati dia mengajar mda dekat kos
BAB II
GARA-GARA HANDPHONE
“sial
banget ni hp.”
“siapa
suruh nggak bawa tas, jelas iklim lagi nggak baik.”
“aku
kan nggak tau bakal hujan se-lebat itu sher, mana lagi bokek, bisa ngutang
nggak ya service-nya?”
“bukan
Cuma boleh ngutang, gratis juga bisa. ya..dengan syarat kamu jadi binik
si tukang service.”ledek Sherly menahan senyum.
“enak
aja. Aku nggak bakal ngianatin Raihan lagi, insya Allah!”
“jangan
bawa-bawa nama tuhan, ntar kualat, lagian kamu service sekarang juga nggak
langsung siap kan!paling nunggu besok atau kalau rusaknya parah bisa nunggu
sampai lusa, kamu bisa pake hp-ku yang jadul ni dulu, tapi kartunya tukar ya!”
“thanks
Serly, kalau nggak salah di depan simpang dekat ujung gang sana ada counter
ya?kesana aja kubawa mana tau bisa besok siapnya, jadi bisa minta duit Raihan
buat bayar servisannya. hehhe”
“hu..kalau
aja duit, ingat Raihan langsung otak-mu.”
“ehhe.
tapi yang tadi aku serius kok, aku kapok, janji nggak akan menghianati
Raihan,ntar kalau aku naksir eh tiba-tiba udah ada biniknya, nggak lucu dua
kali kesandung batu.”
“jangan
ngomong gitu Rhe, kita tidak tau apa yang terjadi hari esok, bisa jadi Raihan
memang bukan jodoh kamu. Jodoh itu urusan tuhan kita hanya ikhtiar.”
Tau
siapa yang ngomong!itu bukan Sherly si tukang nasehat, tapi si neneng gadis
sunda yang baru dua bulan nge-kost di kost-kosan Rheina, gadis yang
penampilannya membuat Rheina sering teringat Via, Neneng bagai pinang di belah
dua dengan Via, Jilbab lebar dan gamis gebor- gebor menjadi ciri khas,
gadis yang dengan gencar selalu menawarkan pada Rheina agar ikut menjadi
anggota organisasi Lembaga Dakwah Kampus, Sherly melirik Rheina sambil
memonyongkan mulutnya ke arah Neneng yang sibuk mencuci beras. Ekpresi wajah
Sherly menggelikan, mengangkat bahunya, menempelkan kedua tangan ke pipi sambil
bergaya ala cherrybelle. Mau tidak mau Rheina menahan senyum, Sherly memang
sedikit sensi dengan cewek sunda, bukan Cuma Sherly 20 dari 25 orang
teman perempuan selokal Rheina di kampus, dengan aneka suku, Batak, Jawa,
Minang, Melayu, Bugis, Mandailing, Dayak, Banjar bahkan yang Sunda juga
ada, dia adalah Vina dan Berly, kedua orang tersebut tidak mendapat
tempat dimata kawan-kawan Rheina, nilai minus susila dianggap pantas
buat cewek asal bandung tersebut. Padahal Vina dan Berly lebih suka memilih
diam daripada cari ribut dengan kawan yang meliriknya sedikit tajam dan sinis,
tidak diketahui darimana asal sejarahnya, sampai detik ini semua wanita sunda
yang ada dikampus maupun di kost-kosan selalu tersisih dari teman, se-olah
mereka adalah aib yang tidak boleh menjadi sahabat. Kemungkinan besar karena
predikat tersebut Neneng jadi lebih sedikit bicara, Ia bukan Cuma sedikit
bicara tapi gunung es yang terkadang mendadak cair itu selalu baik pada semua
orang. Meskipun sering dicuekin jika Ia berbicara, tidak membuatnya menyimpan
dendam pada kawan satu rumah, selalu berbagi jika kawan membutuhkannya,
selalu berhadis meski tidak ada yang memperdulikan ceramahnya, Ia tidak
suka nonton sinetron, Ia suka laga kolosal, Ia tidak suka shopping walau
hanya sekedar cuci mata di mall, seperti yang sering Rheina dan teman-temannya
lakukan. Rheina sendiri bingung mengapa teman-temannya menilai minus terhadap
cewek sunda, bukan Cuma temannya bahkan Raihan sang pacar pernah melarang
Rheina untuk tidak berteman akrab dengan perempuan asal kota kembang itu. Apa
sih sebabnya?sampai detik ini Rheina tidak tahu, bisa jadi belum tahu.
“mau
pergi sekarang Rhe..?masih rintik lo.”
“sedikit
kok rintiknya ntar juga reda, bisa kacau kalau hp-ku begini terus, pasti Raihan
curiga lagi, kenapa hp-nya ng aktif Rhe..?sengaja ya, nggak kamu aktifin,
biar aku nggak nelfon kamu. Pasti gitu katanya.” Rheina menirukan aksen Raihan
yang rada berdialek Mandailing.
“su’uzon
kamu, kalau hp kamu nggak aktif, dia pasti nanya sama aku.”
“tu
hujannya udah reda Aku pergi ya. Assalamualaikum”
“hati-hati”******
“ada
yang bisa saya bantu buk?” ibuk-ibu enak aja emang tampangku kayak ibu-ibu
ya?
“terima
service bang?”
“bisa
saya lihat hp-nya?”
“ya,
kenak hujan bang, kemasukan air, jadi matot hp-nya.”
“matot
maksudnya?” Rheina menahan geli melihat ekpresi pemuda berwajah kalem berkoko
dan berlobe putih itu tidak tau arti matot, katrok dan wong ndeso.
“matot
itu mati total abang.” Ia ber oooo panjang
“tapi
bos saya sedang tidak ada, bos yang bisa nyervies, saya Cuma jagain toko,
tinggalkan aja no-hp ibuk, kalau bos sudah datang, nanti saya
hubungi.” Ibuk lagi-ibuk lagi, nggak liat tampangku masih
kiyut gini..
“ya
udah” (Rheina memberikan kertas kecil yang sudah bertulis nomor ponselnya)
“kalau bisa secepatnya ya bang, soalnya kalau dibawa ke senapelan bisa
panjang waktunya.”
“Insya
Allah! sore nanti bos sudah pulang, saya akan langsung hubungi ibu.”
“nama
saya Rheina, dan perlu anda catat, saya belum pernah melahirkan dan belum
pernah ada cowok yang memanggil saya Ibu.” Sedikit menahan suara untuk tidak
terlihat emosi, Rheina menyebut namanya, memberi penjelasan kalau iya bukan
Ibu-Ibu.
“emang
tampang saya kayak ibu-ibu?”
“bukan,
maaf mbak Rhe..Rheina. saya hanya..
“hanya
apa?tadi Ibuk sekarang mbak. Bentar lagi aku di panggil nenek atau eyang
atau..tante atau..”
“Sekali
lagi maaf Rhe..Rheina, apa saya boleh memanggil nama anda.”
“duh..pusing,
terserah deh.emangnya di jidat saya ada warning, dilarang nyebut nama
saya pak.”
“oke
maaf, tidak perlu memanggil saya bapak, nama saya Rudy. Anda juga boleh
memanggil nama saya. Saya hanya ingin menghargai anda sebagai perempuan mbak eh
maksud saya Rheina.”
“tidak
perlu kebanyakan minta maaf bang Rudy, nanti catatan malaikat untuk anda penuh
dengan kata maaf.” Ternyata galak-galak bisa melawak juga gadis manis ini, (sekilas
menatap wajah Rheina) astagfirullah apa yang baru aku lakukan kenapa jadi
terhipnotis seperti ini.
“maaf
Rheina ada lagi yang bisa saya bantu.”
“mm,tidak
ada. Cuma kalau bisa!! kata maafnya jangan terlalu sering, bisa-bisa customer
yang datang selalu membuat anda merasa bersalah, terima kasih
banyak.assalamualaikum”
Kenapa jadi ngeliatin aku kayak gitu. Gaya-nya aja mirip
ustazd, tapi itu mata juga nggak bisa diajak damai.
Rheina
melangkah keluar dari toko, tapi Ia merasa masih di perhatikan, Ia berusaha
tidak memperdulikan, berhenti melangkah, berpaling ke belakang. Si cowok berkulit
putih bengkoang, Rudy! masih menatapnya penuh. Seolah tengah melihat pajangan
barang antik dalam etalase, dengan penuh keyakinan akan tindakannya Rheina
menghampiri.
“anda
lupa saat ini anda memakai fashion apa tuan tampan?anda sudah mencoreng mata para
ustazd lain. missssterrr Rudy apakah mata anda bisa di ajak berdamai?”
“ma..maaf
Rheina saya hanya…”
“jangan
lagi ucapkan maaf, malaikat udah bosan mendengarnya, saya maklum kali ini, tapi
tolong ajak kompromi mata anda jika customer wanita lain nantinya masuk ke toko
ini, jangan sampai gara-gara mata anda yang jelalatan itu Image si pemilik
counter jadi rusak, anda Cuma pelayan kan?jangan merusak image si pemilik. Oke
”
Setelah
mengucapkan itu Rheina berlalu, dan tidak menoleh sama sekali ke belakang. Rudy
menghembuskan nafas panjangnya sesak. Siapakah dirimu gadis sadis? *****
Azan magrib berkumandang, Rheina sudah siap dengan sajadah dan muzhab-nya,
tiba-tiba suara handphone Serly yang dipinjamnnya mengganggu ritual ibadah
magrib. Cuma sms. Ia melanjutkan ritualnya. Tidak membaca sama sekali
isi pesan tersebut. Hingga selesai sembahyang, ternyata Rheina lupa kalau
ponselnya baru saja menerima sms, Ia mengambil piring mulai menyendok nasi,
lauk dan makan, tidak lagi menyentuh ponselnya sampai ketika suara berisik
antara nada dan getar ponsel mengganggu aktivitas melahap hidangan malam.
“halo..assalamualaikum.”
“waalaikumsalam
warohmah, apakah ini Rheina?yang kemarin siang nitip handphone buat di
service.”
“Iya
benar. Ini siapa ya?”
“saya
Rudy, handphone kamu sudah di perbaiki dan sudah bisa di pakai, bisa
kirim alamatnya?saya akan antarkan malam ini ke rumah.”
“tidak
perlu di antar, besok pagi saya ambil sendiri.”
“ini
sebagai permintaan maaf saya Rheina atas kejadian tadi siang.”
“saya
harus bilang berapa kali Mister Rudy, malaikat sudah bosan mencatat kata maaf
di catatan akhirat anda.”
“jangan
galak gitu donk Miss Rheina, tidak bolehkah kita bersilaturrahmi?”
“tidak
ada Warning untuk larangan bersilaturrahmi, professional-lah dalam bekerja.”
Diseberang
Rudy berpikir marahnya Rheina disebabkan sms yang sudah dikirimnya beberapa
menit yang lalu. Kenapa aku lancang mengirim sms itu!?
“oke.
Kali ini saya datang berkunjung bukan sebagai pramuniaga yang membawa hp
customer, saya datang sebagai seorang teman yang ingin berkunjung ke rumah
temannya, apa itu salah?”
Ada apa dengan orang ini? kenapa jadi ambisi sekali ingin
datang kesini?bagaimana kalau dia benar-benar ngotot datang, sementara uangku
belum dikirim Raihan. Mampus aku..
“apakah
saya di izinkan untuk berkunjung?”
Nih cowok kenapa ngotot sekali. Kalau dia datang bisa mampus
aku, malunya…tidak ada uang buat bayar service sekarang, mana Sherly lagi
pergi, aku mau minjam duit sama siapa?
“tidak
bisa. Malam ini saya sibuk mengerjakan tugas, anda bisa datang besok. Itu pun
kalau saya tidak sibuk.” Alasan yang masuk akal.
“yah,
wajar! mahasiswa memang selalu sibuk dengan tugas-tugas kampus. Kalau begitu
apa saya bisa minta alamat rumah anda.”
“besok
saja sekalian saya mau ambil hp-nya.”
“oke.
Syukron sudah mau berbicara sama saya. Semoga sukses dengan tugasnya. Maafkan
sms saya tadi.”
“sms?saya
tidak baca sms dari anda.” Berarti sms magrib tadi Dari dia!?
Berarti dia belum membaca sms-ku, syukurlah berrati marahnya
dia bukan karena sms, kata Pak Muslim, aku harus menemukan alamat gadis itu.
“begini
saja, apa saya boleh minta alamat Fb anda nona Rheina?”
Rheina
lelah, menghadapi ambisi laki-laki yang tanpa Ia sadari mulai ingin
mendekatinya. Akhirnya..
“oke.
Add saja saya atas nama Rheina Al-hasanah dengan email
Rheinaalhasanah28@yahoo.com”
“sekali
lagi syukron Rheina. Assalamualaikum.”
“waalaikum
Salam.”
“I’m
Coming….” Sherly berteriak di depan pintu sambil menenteng plastic Vanhollano,
sudah pulang dari shoppingnya, kebiasaan konsumtif, Ia mengeluarkan brownies
ukuran jumbo dari dalam kotak.
“suka?”
Rheina diam saja, selera makannya hilang.
“hei..helloooo,
kamu kenapa?wajahmu kayak baru ketemu macan kelaparan.”
“emang
aku baru ketemu macan kelaparan.”
“jangan
ngawur.. tadi aku liat kamu lagi nelpon, serius amat, siapa sih?”
Rheina
menyodorkan handphone ke tangan Sherly, wajahnya sudah kayak jeruk purut
diperas airnya. Rambutnya yang tergerai indah di kucek sembrawutan
pertanda kalau Ia tengah pusing dan kesal.”aku…jengkel”
Sherly
masih tidak berkedip menatap layar hp, serius membaca file sms.
Assalamualaikum
bidadari surga..
Saat
ku berbicara pada sang penampung curhatan seorang hamba.
Ya Allah..pertemukanlah aku dengan seorang yang akan engkau
halalkan untukku.Malam ini kejora berkelip sangat indah, Alhamdulillah! semua
karena siang tadi do’aku dikabulkan sang khalik. Aku menemukannya, menemukan
sosok wanita shaleha, meskipun dia galak dan sadis dalam berbicara, ada setetes
embun penyejuk jika menatap bening matanya. Astagfurullahalazim…seratus kali
aku beristigfar, minta ampun karena iman-ku telah terkikis ketika aku menatap
wajahnya. Tidak ada jalan lain untuk mengembalikan iman itu selain Ia menjadi
halal untukku. untuk itu aku bertanya padanya, Izinkah Ia jika aku
menyayanginya?berbalaskah perasaan ini?by-Rudy
“cowok
gilaa, gombal banget..siapa dia Rhe?”
“tukang
counter.” Mendengar kata counter Sherly langsung tertawa terbahak-bahak,
cekikikan menahan tawanya. Masih terus tertawa sampai matanya ber-air menahan
geli.
“apaan
sih?nggak ada yang lucu.”
“mukakmu
yang lucu.” Sherly masih terus tertawa
“jangan
ketawa lagi, kesal ni..”
“ngomong-ngomong
cakep nggak?”
“mirip
Kevin aprilio. Tapi Kevin yang ini pakai baju koko plus lobe putih nempel di
kepala.”
“what..”
mata Sherly membelalak mendengar detail style yang dijabarkan Rheina. Tawanya
kemabali meledak.
“ha..hahaha
kenapa sih kamu selau di taksir sama kyai-kyai, dulu Rifa’I sekarang..!?siapa
tadi namanya, oh iya Rudy. Se-sekali anak band kek atau mahasiswa, atau dosen
muda yang banyak jam terbangnya ampe luar negeri biar bisa jalan-jalan gratis
sekalian. Ini pak kyai, duh..kyai penjaga ponsel pulak, nggak lucu..”
“Sherly…bukan
pak kyai. Yang ini masih kiyut tau..wajahnya Kevin banget, aku nggak suka cowok
putih kesan bencong. Makanya jadi kesal,selalu ditaksir sama cowok berkulit
putih. ”
“Raihan
kan putih, kalo gitu kita tukaran aja, kamu sama Rendy aku sama Raihan
gimana..?”
“Sherly…
Dua
bantal mendarat diwajah Sherly.**********
Rheinaalhasanah28@yahoo.com”
Bhirtday:Tgl.28.nopember
Status:berpacaran
dengan Raihan
Hobby:baca
buku sampai ngantuk
Wajahnya
langsung pias, jantung Rudy berpacu lebih cepat dari biasanya, Ia mengepal
tangannya kuat, menahan gejolak yang melintasi hatinya. Raihan siapa itu
Raihan?bathinnya bergemuruh, ternyata gadis itu sudah punya pacar. Pacar
belum tentu jadi suami. Hiburnya, Rudy merasakan ada sengatan kecil di ulu
hatinya, saat ia membaca status Rheina di jejaring sosial itu. membuka album
foto Fb Rheina yang memang bebas di buka, langsung meng-klik wajah Raihan yang
berpose berdiri berpelukan mesra dengan Rheina, Sengatan itu semakin tajam
menusuk pertahanan jantungnya, menatap tak berkedip monitor yang memajang wajah
mesra Rheina dan Raihan. Tidak perlu cemburu, bhatinnya menghibur, Ia sendiri
bingung mengapa tiba-tiba wajah gadis itu selalu mengusik aktivitasnya, dia
sudah berusaha berkonsultasi kepada pak Muslim, seorang mentor dakwah Salafy
yang mengubah pandangan dan tata cara hidup dan ibadahnya. Sudah 25 tahun Ia
menghirup udara dunia, belum pernah Ia merasakan jantungnya berdebar hanya
dengan sekilas menatap wajah perempuan, Rudy di kenal sebagai seorang aktivis
dakwah Salafy yang harus juhud, tidak terlena dengan dunia,
menitipkan cinta hanya untuk tuhan semata. Ia seorang pekerja keras, tidak
gengsi mengerjakan apapun asal itu halal, bahkan Rudy anak pertama dari lima
bersaudara yang punya nama lengkap Rudy Warji’un itu selalu menundukkan kepala
jika bertemu wanita, tidak menerima uluran tangan lawan jenisnya walau hanya
bersalaman, pernah bekerja sebagai cleaning service di sebuah Mall, meskipun
tidak pernah masuk fakultas tekhnik Ia dipercaya oleh sepupunya untuk mengurus
bisnis counter yang menerima services dan jual beli handphone, sekalian kursus
gratis menjadi tekhnisi ponsel, memang akhirnya Rudy banyak belajar dari sepupunya
yang seorang pengusaha suskses tempatnya bekerja. Punya wajah tampan, kulit
putih bersih membuat banyak wanita suka curi perhatian, terutama mahasiswa yang
kost disamping counternya, namun Ia selalu bersikap dingin, tanpa bermaksud
sombong kepada wanita yang ingin mencuri perhatiannya, Tapi si polos yang
tidak pernah mengenal dekat perempuan selain ibunya itu, kini sedang berhadapan
dengan perang bhatin-nya, rasa percuma ber-ibadah terkadang menyusup ke hati,
tahajjud-nya tidak pernah tinggal, witir rutin dilakukan, segala macam puasa
untuk mengendalikan nafsu dunia Ia laksanakan, namun tetap saja Ia
runtuh kepada perempuan mungil yang sekarang sudah merasuki seluruh sendi tubuh
bahkan menyusup hingga ke tulang-tulangnya.
“bagaimana
Rudy?kenapa diam saja?”
Pak
Muslim yang menunggui Rudy berkelana di jejaring social buka suara, melihat
wajah anak muridnya sudah berubah memerah. Ia hanya menunduk tanpa memandang
wajah gurunya. Akhirnya Bapak berperawakan bijaksana itu mengintip apa yang
tengah dibaca anak asuhnya. Ia tersenyum mengeleng pelan kepalanya. “kamu
mencintainya.” Rudy diam, namun matanya sudah menjawab semuanya. Secepat
itukah? ”kamu harus menemuinya Nak?cari alamatnya segera.”
bidadari aku tidak akan membiarkanmu tersesat memilih pasangan,
belum jadi suamimu Ia sudah berani memelukmu, tunggu saja!
****
Sudah
dua ratus meter langkah Rheina beranjak dari Rumah tapi Ia belum menemukan cara
bagaimana mengelak dari bayaran service handphone, Raihan sedang mandah ke
Pulau terpencil artinya Ia tidak bisa mengirim duit untuk Rheina. Minjam sama
Sherly jelas uangnya sudah habis buat shopping tadi malam, minjam sama
yang lain Rheina tidak sudi, tahan gengsi donk! bagaimana kalau aku bilang
dompetku ketinggalan, ahh aku benci kebohongan, kalau aku bilang ngutang,
malunya…tidak aku lebih baik menghindar saja sampai besok, Raihan bilang besok
bisa di kirim, Karena Ia besok pergi ke kota.
Tiiit
tuliiitliit..nomor tak dikenal
“Halo,
assalamualaikum.”
“walaikum
salam, ini saya Rudy.” Ini dia, Pucuk di cinta ulampun tiba.
“syukurlah
Bang! anda menelpon saya, rencananya tadi saya ingin menelpon anda, kemungkinan
handphone saya tidak bisa saya ambil hari ini. Karena saya-saya..” Rheina
bingung menyusun kalimat, ternyata Ia lupa tengah jengkel kepada makhluk yang
sedang dipikirkannya itu, tiba-tiba menelpon.
“tidak
perlu di ambil, karena saya sudah membawanya.”
“maksudnya?”
“sekarang
saya lagi di kost kamu Rheina, maaf kedatangan saya tanpa pemberitahuan.”
Mata
Rheina seakan hendak keluar. Membundar terkejut, Rudy sudah berada di kostnya. darimana
dia tau alamat kost-ku. Kini Rheina benar-benar kehabisan akal untuk
menghindar, Ia harus menghadapinya. Sepanjang jalan menuju Kost-kosan Rheina
hanya berdo’a semoga ada keajaiban datang menghampirinya , sehingga Ia tidak
perlu merayu si tukang counter hanya untuk servis hp gratis.
“assalamualikum”
“waalakumsalam..sudah
sampai mana tadi?”
“belum
jauh kok baru sampai ujung gang, sendirian bang? Kok bisa tau alamat saya?”pertanyaan
basa-basi
“jawaban
pertama: nggak, bertiga sama atid dan rakib, jawaban kedua: itu qudrat lelaki”
Rheina tersenyum mendengar lelucon itu.
“atid
dan rakib tidak disuruh isttirahat dulu.”
“sebenarnya
aku ingin menyuruhnya istirahat, agar…” agar para malaikat itu tidak
mencatat kesalahanku hari ini, menjumpai gadis yang bukan muhrimku. Dan aku
sangat nyaman bila menatap bening matanya.
“hello..kenapa
melamun?agar kenapa?”
“nggak..nggak
jadi..ini ponsel kamu,.” Kali ini Rheina yang tercekat, berusaha semaksimal
mungkin terlihat normal.
“saya
bikin minum dulu. Hp-nya..”
“tidak
usah di bayar, hp kamu tidak rusak kok. Hanya kemasukan air saja , setelah di
buka dan di panaskan langsung bisa hidup, jadi..tidak perlu bayar services-nya,
kita deal, anggap saja sebagi permintaan maaf saya. oke.” Rheina merasa kalimat
barusan adalah sebuah keajaiban untuknya.
“terima
kasih, benar ni tidak di bayar?”
Kau mau mengobrol denganku saja sudah bayaran termahal
bagiku
“kalau
mau bayar, seharga hp-nya.”
“kalau
seharga hp, hp-nya buat bang Rudy saja.” Rudy tersenyum, ia lega Rheina sudah
tidak se-sadis pertama bertemu. Lima menit hening tanpa suara, Rheina benci
kehilangan bahan dalam mengobrol.
“Rheina,
boleh aku manggil nama kamu kan?” Rudy menatap serius, Rheina risih di tatap
seperti itu, Ia memalingkan wajahnya berpura-pura memandang jalanan yang
berdebu.
“ya
ampun..nggak ada larangan, nama tuhan saja selalu di panggil kok.” Jawabnya
semaksimal mungkin dengan suara normal.
“boleh
Tanya sesuatu, mungkin ini terlalu ngurusin.”
“kalau
aku bisa jawab akan ku jawab tapi kalau aku tidak ingin menjawab, dilarang
memaksa. Ok” Rudy tersenyum
“Raihan
itu pacar kamu?maaf, jika menanyakan hal pribadi.”
Rheina
mengkerutkan keningnya. Otak cerdasnya langsung teringat facebook, Sudah dua
hari Rheina tidak membuka Fb, berarti Ia sudah add aku, dan melihat
statusku. Rheina merasa bersyukur Rudy membaca statusnya, jadi Ia tidak
perlu repot-repot memberitahukan laki-laki itu kalau Ia sudah punya pacar, dan
tidak mengganggunya lagi setelah urusan ponsel selesai.
“Iya,
dia pacar aku. emang kenapa?ada yang salah.”
“tidak
ada yang salah kok..” Rheina menangkap wajah Risau pemuda yang ada
dihadapannya.
“saya
pulang dulu, terimakasih sudah mau mengobrol.” Rudy memasang helm di kepalanya.
“seharusnya
saya yang mengucapkan terima kasih bang Rudy. Abang sudah mengantar hp-ku plus
gratis pula, terimakasih banyak.” Senyumnya menghipnotis Rudy namun cowok yang
selalu berpakaian sederhana itu langsung tancap gas sampai lupa mengucap salam,
Rheina mengkerutkan keningnya, menatap bingung sisa punggung laki-laki yang
kemudian menghilang di balik tikungan gang. ***
BAB
III
RUNTUHNYA
POWER DOSEN KILEER
Sisa
Hujan menyejukkan kota yang biasa dengan cuaca terik panas, langit masih tampak
sedikit mendung, matahari seolah malas memanaskan jagad raya, membiarkan
penghuni bumi bersembunyi di balik selimut tebal, cuaca seperti ini suatu
anugerah buat Rheina, biasanya cuaca panas mengharuskan Rheina naik ojek dari
simpang gapura kampus menuju fakultas yang hanya berjarak 800 meter, lumayan
jauh jika dilalui dengan berjalan kaki di bawah cuaca panas terik, hari ini Ia
tidak perlu merogoh koceknya hanya untuk naik ojek dari gapura kampus menuju
fakultasnya, matahari yang tertutup awan mendung plus hembusan angin yang
menyejukkan menambah semangat langkah Rheina yang biasa berteman udara panas
menyengat, siap segera sampai ke lokal. Sambil melangkah tangannya
membuka lembaran makalah yang akan di perrsentasekan kelompok 10, kelompok
diskusi terakhir. Berarti Minggu depan akan mid semester, di liriknya jam tangan
20-puluh ribuan yang melingkari pergelangan mungilnya. 07.20, masih tersisa
sepuluh menit untuk sampai ke kelasnya. Mempercepat langkah Rheina menyusuri
gedung-gedung dengan arsitektur kubah dengan bangunan seni yang tinggi itu
se-sekali matanya menikmati bangunan berseni islami ala timur tengah, betapa Ia
merasa bersyukur berkuliah di universitas bergengsi sekalipun harus
mengorbankan cinta yang Ia miliki. Tidak…seharusnya Rheina memang tidak merasa
harus mengorbankan cinta, tidak ada cinta sejati di atas dunia ini selain milik
tuhan, segalanya bisa lepas kapan saja, yang sudah menikah saja bisa cerai
apalagi yang masih pacaran!!!enak-enak melamun Rheina tidak menyadari sebuah
motor dengan cepat menyempret becek sisa hujan tadi malam tepat disampingnya,
tanpa merasa bersalah sedikitpun si pengemudi motor melarikan motornya sebelum
sumpah serapah Rheina keluar dari mulut. Kini Rheina melongo plus bengong melihat
cipratan air lumpur menempel di rok bahkan sebahagian menempel di kertas
makalah yang harus Ia persentasekan tujuh menit lagi. “dasar mahasiswa tak
punya otak, kuliah hanya suruhan orang tua, ngak punya hati” maki Rheina kesal.
Tentu saja itu bukan mahasiswa yang sering Rheina juluki sebagai pemegang
ideology, karena tidak bertanggung jawab, se-enaknya kabur meninggalkan dosa. Tidak
ada waktu untuk menukar rok ny yang basah Ia bersegera menuju local. Karena
lumpur yang menempel di roknya cukup banyak Rheina mencari toilet terdekat
dengan tergesa Ia membasuk sedikit-sedikit air ke roknya agar lumpur bias
hilang setelah itu ia pun buru-buru berlari kecil menuju kelasnya..07.32 dua
menit telah berlalu artinya rheina telat. Tuk tuk theina mengetuk pintu yang
sebenarnya terbuka, Ia tau dosen yang tengah dihadapiny adalah dosen bertitel
Phd yang killernya nauzubillah.