add page element

Thursday 5 September 2013

KATA-KATA BIJAK ISLAM




Kata Mutiara Islam

 “Tiga manusia adalah sumber kebaikan: manusia yang mengutamakan diam (tidak banyak bicara), manusia yang tidak melakukan ancaman, dan manusia yang banyak berzikir kepada Allah.”


Kata Mutiara Islam

 “Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu’.” Salah seorang bertanya kepada Imam, “Apakah tanda-tanda tawadhu’ itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran.”

=========================================
Kata Mutiara Islam
1. Jiwa yang agung
“Kuwasiatkan lima hal kepadamu: (1) jika engkau dizalimi, jangan berbuat zalim, (2) jika mereka mengkhianatimu, janganlah engkau berkhianat, (3) jika engkau dianggap pembohong, janganlah marah, (4) jika engkau dipuji, janganlah gembira, dan (5) jika engkau dicela, kontrollah dirimu”.

Kata Mutiara Islam
2.Akibat baik dan buruk
“Alangkah mungkin orang yang tamak kepada dunia akan mendapatkannya di dunia. Akan tetapi, ketika ia mendapatkan seluruhnya, dunia itu akan menjadi bala` baginya dan ia menjadi sengsara karenanya. Dan alangkah mungkin seorang membenci urusan akhirat. Akan tetapi, ia dapat menggapainya kemudian dan ia hidup bahagia karenanya”.

Kata Mutiara Islam
3. Keutamaan terbaik dan jihad terbaik
“Tiada keutamaan seperti jihad dan tiada jihad seperti menentang hawa nafsu”.

Kata Mutiara Islam
4. Ambillah nasihat yang baik
“Ambillah nasihat baik dari orang yang mengucapkannya meskipun ia tidak mengamalkannya”.

Kata Mutiara Islam
5. Indahnya kesabaran yang disertai dengan ilmu
“(Jika sesuatu digabung dengan yang lain), tidak ada gabungan yang lebih indah dari kesabaran yang digabung dengan ilmu”.

Kata Mutiara Islam
6. Kesempurnaan yang paling sempurna
“Kesempurnaan yang paling sempurna adalah tafakkuh (mendalami) agama, sabar menghadapi musibah dan ekonomis dalam mengeluarkan biaya hidup”.

Kata Mutiara Islam
7. Tiga kriteria agung
“Tiga hal adalah kemuliaan dunia dan akhirat: memaafkan orang yang menzalimimu, menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, dan sabar ketika engkau diperlakukan sebagai orang bodoh”.

Kata Mutiara Islam
8. Kontinyu dalam berdoa
“Sesungguhnya Allah membenci seseorang yang meminta-minta kepada orang lain berkenaan dengan kebutuhannya, dan menyukai hal itu (jika ia meminta kepada)-Nya. Sesungguhnya Ia suka untuk diminta setiap yang dimiliki-Nya”.

Kata Mutiara Islam
9. Keutamaan orang alim atas ‘abid
“Seorang alim yang dapat dimanfaatkan ilmunya lebih utama dari tujuh puluh ribu ‘abid”.

Kata Mutiara Islam
10. Dua karakter orang alim
“Seorang hamba bisa dikatakan alim jika ia tidak iri kepada orang yang berada di atasnya dan tidak menghina orang yang berada di bawahnya”.

Kata Mutiara Islam
11. Tiga pahala
“Jika mulut seseorang berkata jujur, maka perilakunya akan bersih, jika niatnya baik, maka rezekinya akan ditambah, dan jika ia berbuat baik kepada keluarganya, maka umurnya akan ditambah”.

Kata Mutiara Islam
12. Tinggalkanlah kemalasan
“Janganlah malas dan suka marah, karena keduanya adalah kunci segala keburukan. Barang siapa yang malas, ia tidak akan dapat melaksanakan hak (orang lain), dan barang siapa yang suka marah, maka ia tidak akan sabar mengemban kebenaran”.

Kata Mutiara Islam
13. Penyesalan di hari kiamat
“Orang yang paling menyesal di hari kiamat adalah orang yang berbicara keadilan dan ia sendiri tidak melaksanakannya”.

Kata Mutiara Islam
14. Buah silaturahmi
“Silaturahmi dapat membersihkan amalan, memperbanyak harta, menghindarkan bala`, mempermudah hisab (di hari kiamat) dan menunda ajal tiba”.

Kata Mutiara Islam
15. Berucap ramah dengan orang lain
“Ucapkanlah kepada orang lain kata-kata terbaik yang kalian senang jika mereka mengatakan itu kepadamu”.

Kata Mutiara Islam
16. Hadiah Ilahi
“Allah akan memberikan hadiah bala` kepada hamba-Nya yang mukmin sebagaimana orang yang bepergian akan selalu membawa hadiah bagi keluarganya, dan menjaganya dari (godaan) dunia sebagaimana seorang dokter menjaga orang yang sakit”.

Kata Mutiara Islam
17. Jujur dan melaksanakan amanat
“Bersikaplah wara’, berusahalah selalu, jujurlah, dan berikanlah amanat kepada orangnya, baik ia adalah orang baik maupun orang fasik. Seandainya pembunuh Ali bin Abi Thalib a.s. menitipkan amanat kepadaku, niscaya akan kuberikan kepadanya”.

Kata Bijak Islami
18. Perbedaan antara ghibah dan tuduhan
“Ghibah adalah engkau membicarakan aib (yang dimiliki oleh saudaramu) yang Allah telah menutupnya (sehingga tidak diketahui oleh orang lain), dan menuduh adalah engkau membicarakan aib yang tidak dimiliki olehnya”.

Kata Bijak Islami
19. Pencela dibenci Allah
“Allah membenci pencela yang tidak memiliki harga diri”.

Kata Bijak Islami
20. Tanda-tanda rendah hati
“(Engkau dapat dikatakan rendah hati jika) engkau rela duduk di sebuah majelis yang lebih rendah dari kedudukanmu, mengucapkan salam kepada orang yang kau jumpai, dan menghindari debat meskipun engkau benar”.

Kata Bijak Islami

JODOH BUAT RHEINA

EPILOG
Rheina Al-hasanah nama yang kata orang bikin geger yang mendengar. Prediket terbaik dengan gelar siswi teladan se-kabupaten, sekarang menjadi mahasiswa semester lima dengan sejuta pesona, siap memikat siapa saja, gadis langsing bertubuh sintal bermata coklat dengan bulu mata yang lentik, Rambut Panjang berkemilau indah menambah nilai plus dengan tipe wajahnya yang biasa-biasa saja. Kuning langsat melekat pada kulit berdarah tapanuli Asli, menarik simpati jika suaranya indahnya mulai menyapa, khas gadis cerdas, selalu menyulap mata penonton, terpana! jika ia sedang berorasi di kampus bahkan sekalipun di hadapan Bupati dan Bapak Gubernur, selalu mendapat kata “super” dari teman-temannya, intelijensi yang diatas rata-rata, membuat siapa saja berdecak kagum jika melihat persentasenya di depan dosen se-olah Ia adalah manager yang tengah merancang proyek besar.  Anak Bontot dari dua bersaudara, pasangan Rhida maulida Nasution dan Keni Riyadi Lubis, artinya Rheina Cuma punya satu saudara, Rhina. Kakak pertamanya yang baru lulus wisuda S1, Sarjana Ekonomi, sudah menikah di usia 21 tahun dengan seorang dosen muda yang menjadi mentornya disebuah organisasi, dengan bantuan dosen tersebut Rhina akhirnya lulus dengan selamat tanpa hambatan apapun, Sangat bertolak belakang dalam hal pendidikan dengan Rheina, Rheina tidak suka Ekonomi, Ia mengambil jurusan yang diluar dugaan keluarga, Manajamen Pendidikan Islam, yang akan melahirkan dirinya menjadi calon manager pendidikan alias kepala sekolah, Indeks Prestasi Kumulatif setiap semester tidak perlu di ragukan, selalu peringkat ter-atas dalam segala bidang,  lahir dari keluarga yang serba dalam keterbatasan, ayah yang dari dahulunya sering sakit-sakitan, sedangkan sang Ibu  yang sebenarnya tidak hobi dengan interaksi ajar-mengajar justru sebagai Honorer di sebuah lembaga pendidikan yang sama sekali tidak ternama, apa hendak dikata Sang Ibu harus tetap mengkayuh kapal anak gadisnya agar tidak karam sebelum sampai ke pelabuhan. Rhida! Ibu dari Rhina dan Rheina tetap mampu mengendalikan Roda perkekonomian keluarga, terbukti dengan wisudanya si sulung menjadi Sarjana Ekonomi, dari tabungannya yang tidak seberapa Rhida dengan bismillah meng-kuliahkan anak gadisnya, karena keterbatasan ekonomi Ia harus merelakan Rhina dipinang pada tahun pertama di bangku kampusnya, meskipun harus menikah muda di awal semester satu, biaya pendidikan saat ini yang menjulang tinggi membuat Rhina berpikir, mungkin hanya dengan cinta si Dosen Ia bisa malanjutkan pendidikannya, Rhina akhirnya di bantu oleh dosen muda yang mapan untuk urusan biaya pendidikannya hingga  kini menjadi suaminya, tapi semua itu, tetap saja Berkah Cinta sang Ibu yang tiada batas, pulang dari mengajar Ia masih bekerja sebagai tukang cuci ke rumah-rumah para orang kaya, ketika pulang dari dinas mencucinya, Rhida Selalu membawa rezeky yang sering diberikan majikan, dari hasil keringat yang tak pernah kenal lelah itu-lah, Ia berharap kelak anak gadisnya menjadi orang sukses seperti Khadijah Al-munawwaroh, Sang wanita inspiratif Dunia, yang mampu mengendalikan Ekonomi Rakyatnya. Itulah mengapa Ia menyuruh Rhina si sulung mengambil jurusan Ekonomi, suatu saat nanti Rhida ingin Rhina dapat menjadi duplikat dari Khadijah Al-Munawwarah, sang wonderwomen, wanita pertama yang sukses terjun ke dunia bisnis bernama Ekonom, Namun Ia tidak bisa memaksa kehendak untuk si bungsu yang justru memilih profesi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, mengikuti jejaknya yang sama sekali tidak Ia inginkan, Ia sangat mengetahui watak putri bungsunya yang keras, tegas dan superior, Ia yakin kalau si bungsu mampu mencapai apa yang di cita-citakan, dengan keyakinan itu pula Rhida bermimpi kelak si bungsu sukses menjadi orang, tidak menikah sebelum memboyong piala keberhasilan kepadanya, namun Saat ini! Suara si bungsu yang selalu berani dan cerdas itu sedang berhadapan dengan suara sesuatu, yah..suara cinta!!! Rheina si cerdas bermata teduh, sedang terombang-ambing memikirkan usianya yang mulai menyadarkannya pada satu titik pernyataan telak, “menikah”  kata itu menjadi sesuatu yang sangat memotivasi dirinya, kesadarannya dimulai saat satu persatu teman semasa SMA mulai membina rumah tangga, menimang bayi dan selalu melontarkan pertanyaan yang membuat telinga Rheina memerah. “Kapan lagi Rhe?” kalimat yang selalu mengganggu. padahal usia Rheina baru 21,  “ jangan sekolah melulu ntar keburu tua”. Kata-kata pedas yang selalu menyulut emosi, Maklum saja! kakaknya menikah muda pada usia 21 juga, ditambah Rheina dan keluarga masih bermukim di sudut kota yang pemikiran penduduknya masih simple-simpel saja, lulus Sekolah Menengah Atas sudah termasuk gadis yang punya pendidikan mapan. Dan harus segera ada yang meminang. jika usia diatas 20 belum juga ada yang melamar,  gelar perawan tua melekat dengan sendirinya, status Rheina sebagai mahasiswa, tentu saja tidak se-pemikiran dengan penduduk kampungnya, tapi pertanyaan kapan lagi sangat mengganggu setiap Ia pulang ke rumah orang tuanya. Semester tiga, tahun lalu. Status yang melekat padanya sebagai gadis jomblo mulai pudar, berganti dengan “Pacarnya Raihan” Rheina akhirnya punya pacar, layak disebut gadis normal, begitulah pikiran teman-temannya, siapa yang tidak kenal Raihan di kost Rheina? Semua mengenalnya dengan baik, tanpa cacat apapun dimata kawan-kawan Rheina, bak seorang pangeran yang sempurna mencintai Rheina, semua bermula dari liburan semester di kampung halaman, Rheina berkenalan dengan cowok-cowok baru yang nge-kost di samping rumahnya, ada Rian, Renda, Reno dan termasuk Raihan,  empat cowok yang menjadi karyawan kontrak baru pada perusahaan local yang ada di kota tempat tinggal Rheina, kebetulan punya nama dengan huruf awal yang sama. Sempat membuat Rheina berpikir kalau mereka kakak-beradik, ternyata justru sebaliknya, bahkan ke-empat cowok tersebut baru berkenalan satu sama lain saat mereka lulus tes menjadi pegawai kontrak di perusahaan yang berjarak sekitar 15 kilometer dari rumah Rheina. Diantara semua anak kost  Raihanlah yang dengan jelas jatuh cinta pada pandangan pertama, berlangsung begitu saja, alami dan bisa di tebak arahnya. Raihan berusaha mendapatkan Rheina dengan segala usaha yang Ia lakukan demi mencuri hati gadis yang sangat anti pacaran,  Ehem…!Raihan memang cowok super baik hati, rela membagi waktu buat sang kekasih, meski terkadang mengorbankan waktu bekerjanya sebagai karyawan yang professional, Raihan yang berusia 24 tahun, baru saja lulus traning menjadi karyawan kontrak di sebuah perusahaan swasta lokal, Sebenarnya cukup untuk menjadi sosok lelaki yang mapan mendampingi Rheina yang masih belia dan masih suka ini-itu yang serba bermacam-macam. Raihan Cuma punya waktu lima hari, dalam sebulan sebagai hari off bekerja. Namun cowok yang sangat setia itu, selalu meyempatkan diri menjenguk Rheina yang kuliah berlainan kota dengan jarak tujuh jam perjalanan, tapi itu bukan hal yang cukup untuk membuat seorang Rheina “BENAR-BENAR” jatuh hati pada Pemuda baik hati itu. Namun setidaknya Rheina berpikir dua kali untuk menyakiti perasaan Raihan, dengan satu alasan Rheina telah termakan budi baiknya,  akhirnya dengan alasan itu Ia menerima Raihan sebagai pacarnya, kini Rheina sudah semester lima, dua tahun pacaran banyak hal baik yang dilakukan Raihan untuk Rheina, hingga gadis itu menjadi ketergantungan, merasa hidupnya sia-sia tanpa kehadiran Raihan, Raihan telah membantu biaya kuliah Rheina yang hampir kandas karena keterbatasan ekonomi keluarga, membuat Rheina merasa berhutang budi, Tidak ada seorangpun yang bisa menebak apa yang ada dipikiran Rheina, termasuk Sherly sahabatnya. Rheina merindukan seseorang, dan seseorang itu bukan Raihan. terkadang hatinya membantah kalau Ia tengah jatuh cinta, dua tahun tidak bertemu sosok yang sangat Ia rindukan, membuat IPK Rheina nyaris ambruk ke angka 3,0 dari 3,69. Bayangkan..begitu besar pengaruh cinta pada Rheina bahkan mengalahkan logikanya.
Sebenarnya Rheina punya niat dan cita-cita menikah muda tapi sebagai perempuan yang dikenal dengan berbagai kelebihan wajar rasanya Rheina punya pendamping yang sepadan dengan popularitasnya dimata publik. Meski Rheina tidak punya permintaan jodoh yang terlalu muluk kepada tuhan, Ia hanya ingin mencari suami yang masuk dalam daftar kriteria yang sudah tercantum dalam buku agendanya, tersusun sempurna:
  1. Mencintai apa adanya, bukan Cuma mencintai dia secara fisik tapi juga mencintai semua sisi yang ada, termasuk mencintai karakter, sifat, dan prilaku yang paling jelek sekalipun.
  2. (Fisik) kalau bisa! hitam manis, mata sipit, punya senyum yang menghipnotis setiap saat. Ukuran postur biasa aja.
  3. Menikah di usia muda, 22 tahun
  4. Anak pertama laki-laki, lahir pada tahun kedua pernikahan.
  5. Menjadi wanita karir tanpa mengorbankan qudrat sebagai Ibu rumah tangga.
  6. Anak kedua perempuan lahir tahun ke-empat pernikahan
  7. Punya rumah sendiri tahun kelima pernikahan
Selera Rheina memang tidak berlebihan, dan orang yang punya ciri tersebut sudah Ia temukan dari dua tahun lalu, tepat saat ia jadian dengan Raihan tapi sayang! jalinan indah itu terputus begitu saja, tidak ada lagi komunikasi, hingga malam ini saat Rheina kembali membuka buku agendanya, Ia teringat se-seorang, di agendanya Ia menyusun semua perencanaan pernikahan yang menurutnya sangat matang, tabel managemen pernikahan dini yang Rheina susun cukup sempurna, delapan bulan lagi usianya menginjak 22 tahun, Rheina tiba-tiba gemetar bayangan managemen cinta yang Ia susun seolah menemukan gapura menuju kegagalan. Benarkah? Kini usianya beranjak 21 tahun lebih empat bulan, namun  Ia belum bisa melupakan wajah itu, wajah yang kini Ia tidak tahu dimana Rimbanya,  retinanya terkadang memerah mengingat proyek besar cinta yang Ia susun gagal. Benarkah akan gagal?jodoh seperti apa yang Rheina inginkan sebenarnya?siapakah yang membuat seorang Rheina yang superior mendadak menjadi Pentium satu?.


BAB I
RINDU TERBALUT LUKA
Kost bertingkat dua sepi,  maklum malam minggu. Malam yang kelam bagi Rheina. Kakinya menyeret langkah menuju balkon di samping tangga menuju atap rumah, tangannya menggegam kertas kecil, memandang indah jalanan dengan lampu jalan yang kerlip, kontras di tengah kota Pekanbaru. Galau!! Rheina menyandarkan tubuh rampingnya di antara jemuran anak kost disisi balkon. Pikirannya menerawang mewakili hatinya yang sedang nelangsa, Ia tengah berhadapan dengan dua sisi hati. Bola matanya yang coklat tengah memandang kertas yang ada digenggaman mungilnya, tergenggam erat, alamat beserta no-hp yang sedari dua tahun silam ingin dicarinya ada di kertas itu, alamat yang selalu membuat hatinya bertanya-tanya benarkah Ia RINDU? Atau hanya sekedar rasa penasaran?tidak ini bukan Rindu atau Rasa penasaran, hanya ingin bertukar kabar, menjalin silaturrahmi sama Teman lama bukannya hal biasa!kenapa harus takut atau gemeteran?yah….silaturrahmi, rasanya alasan yang logis buat hatinya yang hampir banjir bandang oleh desir darah dan denyut jantung bak mobil sircuit dengan rem yang sudah blong, inikah yang ia Rindukan 2 tahun lamanya?menyimpan semua ingatan ketika cinta mulai menyapa? mengalahkan logikanya sebagai Gadis Kampus yang dikenal anti cowok.
“ Rhe…kamu lagi dimana?Rheina…” itu suara Sherly
Rheina menyeka sisa air matanya, takut kalau Sherly sampai mengetahui Ia menangis, kuliah panjang yang akan menjadi makan malam bagi Rheina.
“aku disini Sher. Diatas, dekat jemuran..” Rheina setengah berteriak.
Tidak berselang lama Sherly yang sudah berdandan manis berdiri di depan Rheina yang sudah seperti mayat hidup, tanpa Rheina sadari rambutnya yang acak-acakan membuat Sherly menatap serius tepat kearah mata Rheina, seolah tengah mencari sesuatu yang disembunyikan sahabatnya.
“ ngapain liatin kayak gitu?.”
“ seharusnya aku yang nanya, ngapain kayak mayat hidup gitu?”
“nggak ah..biasa aja”
“biasa aja gimana? Mau bilang kalau matamu baru kena sengat lebah, bengkak kayak baru di smek down.” Sherly berkacak pinggang siap, dengan ceramah tanpa judulnya.
“ Ia…ia aku emang baru nangis, Cuma kangen sama mama kok, nggak lebih”
“ kangen sama makhluk alien juga nggak masalah.”
“ Sher..
“Na..jangan bohongin aku yang udah kenal lama sama kamu, bukannya aku nggak tau apa yang kamu pikirkan, kamu lagi mikirin si alien itu kan, cowok nggak jelas statusnya, kamu kena virus santet ya?nyari cowok yang belum tentu ingat sama kamu!liat tuh si Raihan udah mati-idup ngejar-ngejar kamu, bahkan udah jungkir balik untuk mendapatkan hati kamu, eh..kamunya malah nyari cowok yang Cuma nongol dalam mimpi kamu Rhe…….!isi otak kamu itu apa sih sebenarnya”
“ya ampun Sher..”
“udah! jangan nyari alasan, tu apaan yang kamu pegang.” Sherly menarik sobekan kertas kecil dari tangan Rheina. Mengeja angka-angka yang tertera di kertas. 
 “pikirin aja apa yang udah Raihan berikan buat kamu. moril dan materilnya, sewa kos di bayarin, SPP kamu di lunasin, blom lagi kalau mau pulang dia ninggalin kamu duit belanja! padahal kamu blom jadi biniknya Rhe…kurang apa lagi sih..nggak kasian liat pengorbanan Raihan yang begitu besar.” Sherly mengembalikan kertas kecil itu dengan kasar.
“jangan sampai mengorbankan perasaan orang lain hanya ke-egoisan perasaanmu sendiri”.
Suara Sherly mulai merangkak beberapa oktav. Sherly memang selalu begitu, niatnya perhatian. Tapi kadang over perhatian membuat kesal. Rheina memilih diam menutup wajahnya yang lelah, lelah menutupi sisi hatinya. Matanya kembali memerah, mengambang mewakili bhatinnya yang ter-enyuh, Rheina sendiri tidak mengerti apa yang Ia rasakan. Apalagi sahabatnya, yang hanya bisa memberi komentar bukan solusi yang seperti Rheina inginkan.
“Aku tidak memaksa kamu untuk mencintai siapapun Rhe…aku hanya minta kamu mempertimbangkannya, aku tau kamu mencinta Rifa’i kan? kamu juga tahu dia teman akrab Raihan, ingat itu Rhe..Rifa’i itu teman akrab plus sahabatnya Raihan!satu Crew, satu Tim dalam bekerja, lagian dia tidak pernah menghubungi kamu, jelas ia tidak ingat kamu, apa susahnya sih melupakan cowok yang….bla bla bla.”
 Ocehan Sherly semakin panjang semua tentang betapa baiknya sosok Raihan dan betapa buruknya sosok Rifa’i. membuat Rheina menyesal mengapa Ia terbuka kepada temannya yang satu ini, kalau ceramah bisa berhari-hari, Sherly adalah orang yang sangat mendukung hubungan Rheina dan Raihan, bukan sekali-dua kali, Rheina bertanya pada dirinya sendiri, acapkali Ia merenung membaca sisi hati yang tengah bimbang. Benarkah yang dikatakan Sherly?kalau Ia mencintai  Rifa’i. tidak..Rheina mengutuk otaknya yang tiba-tiba Ia rasa tidak lagi berfungsi. Kemana Intelijensi yang selalu di acungi jempol oleh semua dosen bahkan Bupati maupun Bapak Gubernur?akal sehatnya mendadak mampet.  Semua satu alasan, Kerinduan yang datang tanpa di undang. Kerinduan pada masa lalu yang indah bersama sosok hitam manis, jika senyum selalu memamerkan gigi yang berderet rapi, gingsul yang muncul saat tertawa lepas, yang bagi Rheina menambah bacaan error pada otaknya, seakan otaknya benar-benar tidak lagi berfungsi. Ternyata logika Rheina yang superior tidak dapat mengalahkan logika cinta, Rheina membenarkan isi lagu agnes monica, cinta memang tak ada logika. Tapi Rheina tetap berusaha  mengganti judul lagu agnes menjadi lagu yang sering Rossa nyanyikan, cinta harus pakai otak dan logika.
“ Masih mau bengong mikirin makhluk alien.?ada yang jelas, mau sama yang nggak jelas kamu Rhe.!”
“  tinggalin aku sendiri ya Sher, aku lagi pengen sendiri.”
Kini tidak ada yang dapat membendung bendungan yang sudah lepas, air bah mulai banjir, Kristal bening merayap dari retinanya, tidak ada yang mendukung perasaan yang Ia rasakan. Rheina menangis, meluapkan perasaan ketidak berdayaannya.
“ oke..tapi ingat!! jangan mikirin makhluk yang hanya nongol dalam mimpi kamu, fiktif, tidak jelas, jangan buang-buang airmata untuk hal yang fiktif, percuma.”
“jangan pernah bilang dia nggak jelas!dia sangat jelas, dia memang tidak pernah menghubungi aku lagi, tapi itu setelah dia tau aku pacar Raihan. Sebelumnya Rifa’i tidak pernah alpa nelfon maupun sms aku, bahkan sesudah Aku jadian sama Raihanpun kami masih komunikasi. dia tau Aku pacaran sama Raihan waktu dia minjam hp-nya Raihan dan melihat foto ku ada dilayar HP-nya Raihan. Setelah itu dia sms Aku dengan kata-kata yang menyakitkan sekali Sher, setelah itu tidak pernah menghubungi Aku lagi. Kamu harus tau itu, aku tau kamu tidak menyukai Rifa’I tapi aku…aku kangen sama dia Sher”
Kalimat pengakuan itu keluar juga. Dengan sedikit menahan emosi Rheina membela Rifa’i.  menjelaskan vonis yang diberikan Sherly terhadap Rifa’i itu salah besar. Walau pada akhirnya tangis Rheina meledak, Ia sesunggukan. Sherly kasihan sekali melihatnya. Ia yang hendak melangkah turun tangga mengurungkan niatnya, berusaha menenangkan Rheina, merangkul sahabatnya yang sudah terisak tak berdaya.
“maafin aku Rhe, aku nggak ingin kamu kecewa, itu aja! kalau dia tidak pernah menghubungi kamu, Berarti dia tidak mencintai kamu..”
“Justru karena itu aku yakin dia mencintai Aku! lihat ni baca sendiri.”
Rheina menyodorkan hp dengan airmata yang sudah membanjiri pipi-nya, membuka kunci pengaman hp beserta file sms yang masih disimpannya selama 2 tahun, jelas nomor itu sudah tidak aktif lagi.
PASRAH ADALAH TEMPAT PENGADUAN TERAKHIR-Q KETIKA PESONANYA TELAH MENJADI MILIK ORANG…YAH…MILIK SAHABAT-KU SENDIRI!!
“Kamu masih bilang kalo dia tidak punya perasaan apa-apa sama aku Sher..?”
Sherly bingung sendiri, bagaimana bisa seorang Rheina yang sukar tergoda menyimpan sms yang sudah bertahun bahkan nomor si pengirim sudah tidak aktif lagi? bahkan Sherly melihat dan membaca dengan jelas file panggilan masuk dengan nomor yang sama masih tersimpan, begitu dalamkah cinta Rheina?sampai harus mengenang setiap detail komunikasi yang terjalin.
“Tapi Rifa’i itu sahabatnya Raihan Na..kamu harus ngerti itu…” suara Sherly kembali normal.
“Kalau aku tidak mengerti itu, Aku sudah dari dulu backstreet-an sama dia Sher…aku masih menghargai Raihan.”
“Terserah deh, aku mau jalan dulu, jangan sampe bunuh diri gara-gara cowok yang nggak tau dimana rimbanya ya sayang?ok”  Rheina tersenyum hambar tidak membalas pedasnya kata-kata Sherly meskipun disampaikan menyusul dengan kata sayang...
“Nggak segitunya Sher!”
Sherly berlalu tanpa komentar lagi, andai pun ia komentar dan berargumen agar Rheina mengundurkan niatnya untuk menjalin komunikasi kembali dengan Rifa’i itu pasti sia-sia, Rheina bukan gadis yang mudah untuk di nasehati, Sherly menggeleng lemah menatap Rheina sebelum akhirnya angkat kaki dari pintu balkon. Meski tidak mengerti isi pikiran sahabatnya, Ia Berjanji akan membantu Rheina melupakan kenangan indahnya,  Rheina masih menggemgam alamat dan nomor-hp yang Ia dapatkan dengan susah payah, menetralisir desir darah yang sudah tak karuan alirannya..ponsel yang sedari tadi di genggamnya mulai basah oleh keringat yang tidak lagi bersahabat meski cuaca sangat bersahabat,  benda mungil pemberian Raihan pada ulang tahunnya yang ke-20 seakan menari-nari membujuk sang majikan untuk segera menekan nomor yang tertera di kertas kecil yang kusut oleh genggaman erat pemiliknya. Kabar yang terakhir Ia dapatkan Rifa'i Mandah[1]  ke Kalimantan, apa yang akan Rifa’i katakan, jika  tiba-tiba seorang dari masa lalu datang menelpon, dan apa yang ia ucapkan? dua tahun waktu yang sangat lama tentunya, tanpa komunikasi sama sekali, apakah Rifa’i masih mengingatku?nggak mungkin secepat itu dia lupa!apa yang dikatakan Rifai nanti? apakah Ia merasakan seperti yang kurasakan?jika Ia, bagaimana dengan Raihan? haruskah aku menghianatinya? menghianati setiap kejujuran dan ketulusan yang Ia berikan? Bathin Rheina berperang melawan kebingungan yang tiba-tiba melintas, wajah Raihan bermain di matanya bersamaan kerinduan pada Rifa’i yang meluap mengimbangi akal sehatnya. Rheina berusaha menahan Isak tangis dengan menggigit bibirnya, meluapkan ketidak berdayaannya melawan cinta yang jelas mengalahkan logika superior yang Ia punya.************************
Sudah lebih dari dua jam Rheina duduk termangu sendirian, masih menggemgam erat alamat beserta No Hp yang sudah Ia dapatkan dari salah satu teman kerjanya Raihan, sebenarnya bisa saja Rheina meminta itu pada Raihan tapi Rheina takut Raihan mencurigainya. Malam semakin merambat, penghuni kost hanya tinggal Rheina,  Pikirannya Nelangsa ke dua tahun yang lalu.
Sapayuang kito baduo, kok kuyuik samo sadingin. Langkah sai-iring sarantak ayun Sadendang jo kato cinto. Di-buai jo raso rindu-Si-angan nan mambaokkan..Jo itu kini nan den rasokan…manihnyo cinto…dimaso lalu…Takucak badan dek hati seso…duto manjelo maliliak badan.Takaruah juo jo kato ibo di hati nan ko… Ganggaman arek lapeh jadinyo.. Di-ujuang sanang nan bahilangkan…tinggalah luko di denai…..alun tabuang….
Lagu dengan lirik dan bahasa daerah itu bermain-main di benaknya!
“Kenalin Rhe..!ni Rifa’i kawan satu kerjanya abang..
“Rifa’i..” tangan kanannya ter-ulur minta disambut, tangan kirinya memegang sebuah kaset.
“Rheina..”
“Kaset apaan tu…
“Coba putar Ray.. lagu kesukaan-ku ne…
“ Rheina bikin minum dulu ya?”
“wah..Keluarin aja semuanya…minum, makan juga boleh, apa aja deh, udah di anggap rumah sendiri, yang penting jangan sampe di jual kan?!hahaha…”
Senyumnya, sumringah ramahnya yang mudah akrab, suara khas yang membuat Rheina ter-hipnotis, dialek Wong ndeso dengan logat jawa yang kental, Rheina tersipu, sungkan Ia mengambil kaset yang ternyata diluar perkiraannya. Lagu daerah Sumatera Barat, cowok aneh! Raihan bilang Rifa’i orang jawa, tapi Ia penyuka lagu-lagu sumbar, yang ternyata Rheina juga sukai….suara khas Vanny vabiola mengalun syahdu, tak ada lagi yang bisa Rheina ingat, setelah itu komunikasi manis pun terjalin, mengalir begitu saja tanpa Rheina sadari Ia telah terjebak oleh perasaannya sendiri, dari mulai sms yang berisi serba kata-kata perhatian sampe telpon-telponan tengah malam, memang Cuma sampai di situ, tapi bagi Rheina itu lebih dari cukup meyakinkan dia kalau Rifa’i mencintainya. Keakraban itu seakan membuat Rheina lupa, Ia telah menyakiti seseorang, Keyakinan akan cinta Rifa’i pun bertambah dengan sms yang dikirim Rifa’i setelah Rifa’i mengetahui Rheina pacaran dengan Raihan. Sakit hatikah Rifa’i? sms- itu sangat menyentuh hatinya, Rheina terbuai. Hingga Ia lupa telah menghianati cinta Raihan, bukan hanya hal fisik yang membuat Rheina lupa segalanya jika bertemu cowok humoris itu, agamanya yang harus diacungi jempol, sholat tidak pernah alpa, Rifa’I pernah menginap di kost Raihan yang bersebelahan langsung dengan rumah Rheina selama tiga hari, kurun waktu tiga hari nilai plus yang harus diberikan, Rheina tidak pernah melihat Raihan maupun teman-temannya sholat lima waktu, jam magrib saja mereka semua masih nongkrong dibawah pohon rindang sambil tertawa lepas seolah dunia milik mereka hingga isya datang, saat Rifa’I menginap Ia tidak pernah alpa berjamaah di mesjid seberang jalan, Rheina selalu memperhatikannya, menambah kekaguman Rheina untuk Rifa’I, hingga suatu hari setelah persahabatan itu terjalin cukup lama, ada hal yang terlupakan dan tak terkabulkan oleh Rheina hingga kini, permintaan Rifa’i, Rifai meminta agar Rheina memutuskan hubungan yang telah dijalaninya bersama Raihan, jika Ia ingin bersama dengannya, ternyata laki-laki mudah membaca apa yang ada di hadapannya, Rifa’I mengetahui kalau Rheina menyukainya, bukan itu saja! Rifa’i juga meminta Rheina mengubah penampilannya yang sedikit modis meski menurut Rheina sudah sangat syar’i, berganti dengan memakai gamis panjang dan jilbab lebar. sehari-hari, Rheina memang memakai jilbab tetapi jilbab yang dikenakannya tidak seperti yang sering dipakai oleh anak-anak lembaga dakwah sebuah organisasi yang ada di kampusnya,
“Na..kamu sayang sama aku?” Rheina mengangguk, anggukan Rheina pasti tidak terlihat oleh Rifa’I di seberang telepon. Tapi Rifa’I sangat yakin kalau Rheina sedang mengangguk tersenyum
“kalau gitu kamu harus putusin Raihan, dan aku ingin kamu menutup aurat dengan sempurna Rhe.”
“Maksud mas?”
“kamu pakai gamis ya, biar kelihatan lebih indah”
  Begitulah kata-kata berisi permintaan saat keduanya masih terjalin komunikasi manis. Kalau permintaan itu di kabulkan!bisa-bisa Rheina si gadis pemberani, yang tidak suka diatur siapapun, akan di ketawaian seluruh kost dan the geng-nya.  Bukan Cuma karena permintaan yang begitu berat dan perasaan semata yang membuat Rheina menolak,  Tentu tidak semudah itu memutuskan Raihan, Cowok super baik hati yang rela merogoh kocek demi Rheina. Memberikan Rheina uang belanja tiap bulan, Spp dibayarin tiap semester berharap Rheina akan menjadi pendampingnya. Bahkan Raihan pernah berkata, apapun yang diberikannya buat Rheina tidak minta dikembalikan, meski suatu hari nanti Rheina bukan jodoh yang dikirim tuhan untuknya. sebenarnya Raihan juga datang dari keluarga yang religious meski tidak seperti Rifa’i yang menurut Rheina over fanatic,  Meskipun tata cara Ia berbicara sangatlah gaul.
Namun  pada akhirnya jalinan komunikasi yang manis antara Rheina dan Rifa’I terputus begitu saja, Rifa’I menyadari betapa Raihan sahabatnya mencintai Rheina, dan dialah yang pantas mengalah bukan Cuma pantas tapi memang harus mengalah bahkan menjauh dari Rheina, entah siapa yang memulai duluan, tiba-tiba sms berisi kalimat perhatian terasa janggal,  apalagi telpon-telponan, hingga kabar Ia sudah pindah kerja nyaris membuat Rheina terpuruk dalam kegalauan, dua tahun Rheina menahan luapan kerinduan yang sering di batas rasionalnya, sampai saat malam ini, kerinduan itu menyegat ulu hatinya, mengiris otaknya yang seakan menipis untuk memikirkan yang lain selain keinginan berjumpa laki-laki asal tanah jawa yang mampu menciptakan bintang kejora dimata Rheina.
“Rhena..kamu ada disitu? Tiba-tiba sosok yang tidak Rheina inginkankan kehadirannya muncul, memanggil Rheina yang melamun disudut balkon dari bawah kost-kostan, wajahnya kelihatan lelah. Rheina menggeleng kaget, lamunannya buyar. Tersentak dan langsung berdiri menatap ke bawah.
“Nggak kenapa-kenapa!!abang darimana? kok tiba-tiba nongol.”
Bergegas berlari menuruni anak tangga menuju lantai bawah antara terkejut dan…
“Lagi off dah dari kemaren Sampenya, belum sempat kemari masih banyak keperluan penting, tapi tadi Sherly nelfon katanya kamu nggak enak badan, makanya Abang langsung kemari!” lagi off?! dari kemarin!? kenapa baru sekarang datangnya?
Meski masih bingung, Rheina segera mengambil air minum, mempersilahkan Raihan masuk ke ruang tamu dan duduk disisinya. Sepersekian detik dalam keheningan.
“Ada yang kamu sembunyi-in dari aku Rhe?” Raihan memanggil dirinya AKU berarti perkataannya diatas kata serius. Rheina menggeleng.
“Kamu lagi sakit?” Raihan berusaha menetralisir suasana meski Ia tau suasana sudah sangat tidak nyaman semenjak sesuatu Ia ketahui dan hatinya teriris.
Aku tau! pikiran kamu sedang tidak disini sayang…andai kamu tau betapa sakit ketika aku tau ada yang lain dihatimu.
“Kamu kangen sama abang?” pertanyaan membingungkan Rheina.
“Kamu kangen sama mama?”
Semua pertanyaan Raihan hanya di jawab senyum kecil Rheina tanpa mengeluarkan suara khas gadis cerdasnya yang Raihan nantikan. Raihan bukan anak kecil yang bisa tertipu dengan wajah polos dan diam yang di berikan Rheina.
“ Abang nggak bilang-bilang datangnya, Rhena bikinin mie goreng dulu ya?mau kan? Pasti lapar.” Rheina mengelak dari keadaan, mei goreng buatannya memang kesukaan Raihan. “ Rheina ke dalam dulu buat mie-nya!” sekali lagi. Kikuk! Rheina mengubah keadaan.
 “Rhe…nanti aja masak mie-nya, ada yang mau jumpa kamu.” Tanpa basa-basi Raihan langsung menembak sasaran. Rheina berpaling menatap Raihan curiga, tetap menyeret langkahnya ke dalam rumah, Sigap Raihan menahan lengannya..
“Sebentar aja..ada yang pengen ketemu kamu dan Aku tau kamu juga kepengen kan ketemu dia? Sherly udah cerita semua ke aku.” mata itu mengharap iba.
Sherly? Cerita? Rheina menggeleng antara terkejut dan heran, akhirnya mengalah, meski heran ia menanti seseorang yang dikatakan Raihan, siapa pula yang ingin jumpa dia?
“Assalamualaikum, Rheina.” Suara itu,  sangat Rheina kenal.
Se-seorang yang tiba-tiba datang membaca salam dan memanggil lembut namanya, Rheina berpaling menatap sosok laki-laki hitam manis yang begitu Ia cari-cari keberadaannya, kini datang tanpa perlu dicari.. lelaki itu tersenyum se-akan mengetahui apa yang tersimpan di benak Rheina, sejenak tak ada yang bisa Rheina katakan, gembirakah Ia?Rheina hanya diam terkejut, wajahnya pias. kejutan yang tidak lucu!matanya nanar, bias-bias kerinduan seakan berloncatan dari mata jenakanya, namun lidahnya seakan tercekat, kerongkongannya kering, bendungan yang ia bendung dua tahun lamanya jebol, retinanya mengeluarkan air mata, Rheina menangis bukan karena kerinduannya yang sudah ter-obati, bukan juga karena sosok lelaki itu kini berada tepat menatapnya, sungguh sebuah kejutan!sangat mengejutkan, hingga Rheina masih berdiri mematung, membisu, memandang pilu..se-seorang dengan balutan gamis panjang, jilbab lebar melilit indah wajahnya, wanita itu menggendong bocah kecil tepat berdiri disamping Rifa’i. lelaki yang Rheina Rindukan!Rheina ter-enyuh, hatinya ter-iris.
“Kenalin Rhe…ini Istri Mas!”
Ternyata??? Antara bingung dan nervous, matanya menatap ke belakang, jadi Raihan mengetahui..? pemuda berhati pualam itu balas menatap Rheina penuh pengertian, seraya tersenyum mengengguk, ada ketulusan dimatanya. Tak ada lagi yang bisa Rheina katakan, menjawab salampun Ia sudah tidak sanggup, semua terjawab dengan kejutan special malam minggu yang kelam baginya.  Sedikit menahan sesak, tidak ada alasan untuk tidak mengulur tangan kanannya yang sudah sedingin puncak Himalaya, membalas uluran perempuan yang diakui Rifa’I sebagai istrinya.
 “Rheina..”
“Sofiah.panggil aja via.” Balas wanita itu tersenyum penuh teka-teki semakin membingungkan Rheina.
Dari wajahnya Rheina menilai, perempuan yang mengulurkan tangan padanya masih belia sedikit lebih muda darinya, perempuan mungil bermata indah dengan senyum kedamaian yang hadir membawa olahraga jantung untuk Rheina, mempererat genggaman tangan Rheina tanpa canggung. Mengingat usia bocah kecil itu sekitar dua tahun, berarti…?Ya Allah betafa naïf-nya Aku… Air mata Rheina seakan tak ingin berhenti mengalir.  Ia mengutuk logika-nya yang tak mampu mengalahkan perasaan yang hadir membawa cinta. Berarti Ia telah menjalin komunikasi manis itu ketika Rifa’I sudah punya istri, dan Raihan mengetahui semua ini. Mengapa aku jadi sebodoh ini ya tuhan?apa yang engkau rahasiakan dari hambamu ini. Maafin aku Raihan. Sherly benar.! Aku begitu beruntung mendapatkan cintamu.
“ Rheina.” Suara Raihan mengejutkan Rheina yang masih terpaku menatap bergantian Rifai dan istrinya seolah Ia ingin meyakinkan kalau ini bukan mimpi.
“kami Cuma sebentar Na, kalau ada kesempatan insya Allah mas datang lagi bareng Via.”
Kenapa jadi formal begini?Kesempatan, tidak akan ada kesempatan lagi mas. Aku akan melupakanmu dengan segera. Dasar laki-laki penghianat, kalau saja istrimu tau apa yang terjadi selama ini. Persetan dengan semua karakter religious yang kamu punya, tak lebih hanya topeng-mu untuk menarik perhatian para wanita untuk berdecak kagum.  Kenapa aku mengatakan rifa’I berkhianat bukannya, aku yang ingin berkhianat, duh tuhan..maafin aku.
“tidak minum dulu Fa’i?” basa-basi Raihan untuk Rifa’I. kebasian
 “tidak perlu Han. Mau kemas-kemas barang dulu, besok pagi langsung terbang”
“makasih ya, sudah mau berkunjung.”
Kenapa harus Raihan yang mengatakan terima kasih. Dua sahabat itu bersalaman saling berpelukan. Istrinya tidak menyalami Raihan, hanya melipat dua tangannya ke dada dan tersenyum. Kemudian menghampiri Rheina, memeluknya hangat.
“mas Rifa’I cerita banyak tentang kamu, jangan lupa undangannya. Ditunggu lo Raihan juga sering ke jawa, rumah kita ada disana, kamu harus datang” Kalimat yang keluar seakan mereka sudah kenal  lama. Rheina tersenyum paksa, bingung hendak mengucapkan apa.
“ayo Sanah..salim sama tante..” perempuan bermata teduh itu menyuruh anaknya menyalami Rheina.
Siapa tadi namanya? Sanah. Rifai memakai nama Sanah, itu penggalan dari namaku.
Bocah mungil itu mengulur tangannya. Canggung Rheina membalas.
“sudah berapa tahun usia Sanah, Via?” Rheina berusaha normal untuk bicara.
“sudah 2 tahun lebih dua hari, dua hari yang lalu dia ber ulang tahun.” Jelasnya tanpa Rheina minta.
“kami pulang dulu Han, assalamualaikum, jaga Rhena jangan sampe ilang.” Gurauan yang tidak lucu.
“waaalaikum salam.hati-hati, jaga hati..hehe” tawa keduanya lepas. Sopiah gadis ramah itu memeluk Rheina spontan sekali lagi, membuat kaget Rheina. Membisikkan sesuatu.
“aku membaca semua sms mas ke kamu Rhe, sms bisa dibaca tapi kalau komunikasi antara kalian tentu tidak bisa ku dengar, karena aku tidak punya penyadapnya, aku tau ada apa diantara kalian, jika tidak ada Raihan, aku rela berbagi bersama-mu. Tapi Raihan butuh kamu. Semoga kalian berjodoh. amin”
Matanya nanar, Rheina bingung sendiri. Namun segera mengangguk tanpa membalas kata-kata perempuan itu. Akhirnya keduanya angkat kaki dari kost Rheina. Raihan dan Rheina melepas pergi keduanya dalam kebisuan, sms apa yang sudah Via baca?ucapan terakhir istri Rifa’I mengingatkan Rheina pada sms-sms dua tahun lalu.
I love you…(sms Rifa’i)
I love you to (reflex tangan Rheina membalas sms, dan send )
Apakah itu sms iseng dari Rifa’I atau dia serius Rheina tidak mau tau. Apa yang ada dipikirannya itulah yang ditulis. Apakah sms itu yang terbaca oleh Via. Atau sms-sms lainnya, ratusan sms dengan kata-kata manis yang tidak lagi Rheina ingat memenuhi jalinan haram itu. Kadang hanya menanyakan, sudah makan apa  belum? Atau, udah mandi dek? Atau, sudah berangkat ke kampus?hati-hati dijalan ya. Atau, jangan lupa sholat, dan makan ya? Apakah semuanya terbaca oleh Via. Kenapa selama ini dia tidak menanyakan pada Raihan apakah Rifa’I sudah punya istri atau belum. Betapa sakit rasanya jika Rheina berada diposisi Via. Apa sebenarnya yang sudah diceritakan Rifa’I pada Via. Hanya ada satu yang dapat Rheina jawab diantara rasa nervousnya, Dalam waktu beberapa menit ini Rheina telah menemukan seorang bidadari bermata teduh memeluknya penuh kedamaian, memberi sesuatu yang hangat pada diri Rheina.   Kini managamen cinta yang telah Ia rancang benar-benar telah masuk kedalam gapura kegagalan, karena Ia tidak yakin apakah akan menemukan laki-laki yang benar-benar Ia cintai, tulus dari hatinya, bukan sekedar formalitas sebagai manusia. Tapi untuk saat ini Via benar, kalau Raihan butuh dirinya, segenap usaha akan dicoba, untuk belajar mencintai Raihan. Sekian menit setelah kepergian dua manusia yang tanpa disengaja telah mengusik cinta Raihan.
“Rhe.”
“maafin Rhe ya bang, kenapa abang nggak cerita ke Rheina kalau…
“sssst..sudahlah tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku hanya membantu Via, Ia yang bercerita pada ku semuanya.”
“Via?maksud abang.”
“aku sudah lama mengenal Via, waktu bekerja satu tim dengan Rifa’I, mereka menikah muda, dan Ia selalu menceritakan masalahnya padaku, karena menganggap aku adalah orang yang paling dekat dengan Rifa’I, termasuk ketika Via menceritakan tentang kamu, awalnya aku kaget sewaktu Via nyebut nama kamu, dan hubungan kamu dan Rifa’I bukan hanya sebatas teman.”
“bang..
“nggak papa Rhe. Aku yang salah aku yang mengenalkan kalian, kalau saja aku tifdak pernah membawa Rifa’I menemuimu, mungkin ini tidak terjadi, aku berjanji pada Via untuk mempertemukan kalian, kebetulan sekali Rifa’I pindah perusahaan karena menganggap perusahaan tempatku bekerja, gajinya tidak sepadan dengan status dirinya yang sarjana, Ia beruntung langsung diangkat menjadi manager diperusahaannya yang sekarang, kami jadi jarang bertemu, dua minggu yang lalu Ia mendapat proyek disini, perusahaannya menang tender, Rifa’I  diam-diam ke kost dan minta nomor mu ke Reno, Reno bilang dia tidak tau nomor hp kamu. Dan Reno-lah yang emberitahuku tentang keberadaan Rifa’I disini. “
Rheina termenung, ternyata kali ini Sherly salah, Rifa’i punya perasaan yang sama dengan dirinya. Tapi Ia tidak tau apakah Ia bahagia mendengar ini atau sudah pupus ditelan kekecewaan.
“tapi kenapa abang nggak ngomong semua ini sama Rhe.”
Aku tidak ingin ada satu tetespun air mata di pipimu.aku takut kamu kecewa rhe..
“maafin aku Rhe, aku hanya ingin sampai saatnya kamu bertemu langsung istrinya, karena aku tau, kalau kuceritakan semua tentang baik-buruknya Rifa’I, kamu pasti tidak percaya, aku takut kamu mengira aku menjelek-jelekkan Rifa’I hanya untuk menarik perhatianmu, aku ingin kamu mengetahui dengan sendiri.”
Rheina menatap jauh ke dalam mata Raihan, tidak ada kebohongan disana. Semua murni ketulusan semata.
“maafin Rhe bang.” Rheina menggemgam tangan Raihan. Tapi Raihan melepasnya segera.
“sudahlah, tidak perlu minta maaf, aku mencintaimu dan aku ingin membahagiakanmu, satu permintaanku jika kiranya kamu mengabulkan, please..jujurlah, apapun yang kamu rasakan. Cinta tidak bisa dipaksa Rhe. Jika laki—laki itu buka Rifa’I aku rela melepasmu, jika Via tidak ada antara kalian dengan ikhlas aku memberikanmu pada…”
“bang…” Rheina menutup mulut Raihan segera, menyuruh untuk tidak melanjutkan kata-katanya.
“jangan pernah sebut nama Rifa’I lagi di depan Rhe, abang paham.”
Binar-binar bahagia jelas terbaca oleh Rheina dari tatapan Raihan.
“kamu janji akan melupakan Rifa’I Rhe?”
“bukan Cuma melupakannya, tapi aku benar-benar membencinya, membenci setiap laki-laki yang berkedok sok alim didepanku.” Penuh dendam Rheina mengucapkan kata-katanya meski tidak bisa Ia pungkiri, hatinya sakit.
“terima kasih Rhe.” Raihan merangkulnya.
 Akulah yang pantas mengucap terima kasih padamu Raihan. Karenamu aku selamat dari jerat haram ini.***
Sakih hati Rheina belum ada obatnya..
Namanya nurhayati dia mengajar mda dekat kos












BAB II
GARA-GARA HANDPHONE
“sial banget ni hp.”
“siapa suruh nggak bawa tas, jelas iklim lagi nggak baik.”
“aku kan nggak tau bakal hujan se-lebat itu sher, mana lagi bokek, bisa ngutang nggak ya service-nya?”
“bukan Cuma boleh ngutang, gratis juga bisa. ya..dengan syarat  kamu jadi binik si tukang service.”ledek Sherly menahan senyum.
“enak aja. Aku nggak bakal ngianatin Raihan lagi, insya Allah!”
 “jangan bawa-bawa nama tuhan, ntar kualat, lagian kamu service sekarang juga nggak langsung siap kan!paling nunggu besok atau kalau rusaknya parah bisa nunggu sampai lusa, kamu bisa pake hp-ku yang jadul ni dulu, tapi kartunya tukar ya!”
“thanks Serly, kalau nggak salah di depan simpang dekat ujung gang sana ada counter ya?kesana aja kubawa mana tau bisa besok siapnya, jadi bisa minta duit Raihan buat bayar servisannya. hehhe”
“hu..kalau aja duit, ingat Raihan langsung otak-mu.”
“ehhe. tapi yang tadi aku serius kok, aku kapok, janji nggak akan menghianati Raihan,ntar kalau aku naksir eh tiba-tiba udah ada biniknya, nggak lucu dua kali kesandung batu.”
“jangan ngomong gitu Rhe, kita tidak tau apa yang terjadi hari esok, bisa jadi Raihan memang bukan jodoh kamu. Jodoh itu urusan tuhan kita hanya ikhtiar.”
Tau siapa yang ngomong!itu bukan Sherly si tukang nasehat, tapi si neneng gadis sunda yang baru dua bulan nge-kost di kost-kosan Rheina, gadis yang penampilannya membuat Rheina sering teringat Via, Neneng bagai pinang di belah dua dengan Via, Jilbab lebar dan gamis gebor- gebor menjadi ciri khas, gadis yang dengan gencar selalu menawarkan pada Rheina agar ikut menjadi anggota organisasi Lembaga Dakwah Kampus, Sherly melirik Rheina sambil memonyongkan mulutnya ke arah Neneng yang sibuk mencuci beras. Ekpresi wajah Sherly menggelikan, mengangkat bahunya, menempelkan kedua tangan ke pipi sambil bergaya ala cherrybelle. Mau tidak mau Rheina menahan senyum, Sherly memang sedikit sensi dengan  cewek sunda, bukan Cuma Sherly 20 dari 25 orang teman perempuan selokal Rheina di kampus, dengan aneka suku, Batak, Jawa, Minang, Melayu, Bugis, Mandailing, Dayak, Banjar bahkan yang Sunda  juga ada, dia adalah Vina dan  Berly, kedua orang tersebut tidak mendapat tempat dimata kawan-kawan Rheina, nilai minus susila dianggap pantas buat cewek asal bandung tersebut. Padahal Vina dan Berly lebih suka memilih diam daripada cari ribut dengan kawan yang meliriknya sedikit tajam dan sinis, tidak diketahui darimana asal sejarahnya, sampai detik ini semua wanita sunda yang ada dikampus maupun di kost-kosan selalu tersisih dari teman, se-olah mereka adalah aib yang tidak boleh menjadi sahabat. Kemungkinan besar karena predikat tersebut Neneng jadi lebih sedikit bicara, Ia bukan Cuma sedikit bicara tapi gunung es yang terkadang mendadak cair itu selalu baik pada semua orang. Meskipun sering dicuekin jika Ia berbicara, tidak membuatnya menyimpan dendam pada kawan satu rumah, selalu berbagi jika kawan membutuhkannya,  selalu berhadis meski tidak ada yang memperdulikan ceramahnya, Ia tidak suka nonton sinetron, Ia suka laga kolosal, Ia tidak suka shopping walau hanya sekedar cuci mata di mall, seperti yang sering Rheina dan teman-temannya lakukan.  Rheina sendiri bingung mengapa teman-temannya menilai minus terhadap cewek sunda, bukan Cuma temannya bahkan Raihan sang pacar pernah melarang Rheina untuk tidak berteman akrab dengan perempuan asal kota kembang itu. Apa sih sebabnya?sampai detik ini Rheina tidak tahu, bisa jadi belum tahu.
“mau pergi sekarang Rhe..?masih rintik lo.”
“sedikit kok rintiknya ntar juga reda, bisa kacau kalau hp-ku begini terus, pasti Raihan curiga lagi, kenapa hp-nya ng aktif Rhe..?sengaja ya, nggak kamu aktifin, biar aku nggak nelfon kamu. Pasti gitu katanya.” Rheina menirukan aksen Raihan yang rada berdialek Mandailing.
“su’uzon kamu, kalau hp kamu nggak aktif, dia pasti nanya sama aku.”
“tu hujannya udah reda Aku pergi ya. Assalamualaikum”
“hati-hati”******
“ada yang bisa saya bantu buk?” ibuk-ibu enak aja emang tampangku kayak ibu-ibu ya?
“terima service bang?”
“bisa saya lihat hp-nya?”
“ya, kenak hujan bang, kemasukan air, jadi matot hp-nya.”
“matot maksudnya?” Rheina menahan geli melihat ekpresi pemuda berwajah kalem berkoko dan berlobe putih itu tidak tau arti matot, katrok dan wong ndeso.
“matot itu mati total abang.” Ia ber oooo panjang
“tapi bos saya sedang tidak ada, bos yang bisa nyervies, saya Cuma jagain toko, tinggalkan aja no-hp ibuk, kalau bos sudah datang, nanti saya hubungi.”     Ibuk lagi-ibuk lagi, nggak liat tampangku masih kiyut gini..
“ya udah” (Rheina memberikan kertas kecil yang sudah bertulis nomor ponselnya)  “kalau bisa secepatnya ya bang, soalnya kalau dibawa ke senapelan bisa panjang waktunya.”
“Insya Allah! sore nanti bos sudah pulang, saya akan langsung hubungi ibu.”
“nama saya Rheina, dan perlu anda catat, saya belum pernah melahirkan dan belum pernah ada cowok yang memanggil saya Ibu.” Sedikit menahan suara untuk tidak terlihat emosi, Rheina menyebut namanya, memberi penjelasan kalau iya bukan Ibu-Ibu.
“emang tampang saya kayak ibu-ibu?”
“bukan, maaf mbak Rhe..Rheina. saya hanya..
“hanya apa?tadi Ibuk sekarang mbak. Bentar lagi aku di panggil nenek atau eyang atau..tante atau..”
“Sekali lagi maaf  Rhe..Rheina, apa saya boleh memanggil nama anda.”
“duh..pusing, terserah deh.emangnya di jidat saya ada warning, dilarang nyebut nama saya pak.”
“oke maaf, tidak perlu memanggil saya bapak, nama saya Rudy. Anda juga boleh memanggil nama saya. Saya hanya ingin menghargai anda sebagai perempuan mbak eh maksud saya Rheina.”
“tidak perlu kebanyakan minta maaf bang Rudy, nanti catatan malaikat untuk anda penuh dengan kata maaf.” Ternyata galak-galak bisa melawak juga gadis manis ini, (sekilas menatap wajah Rheina) astagfirullah apa yang baru aku lakukan kenapa jadi terhipnotis seperti ini.
“maaf Rheina ada lagi yang bisa saya bantu.”
“mm,tidak ada. Cuma kalau bisa!! kata maafnya jangan terlalu sering, bisa-bisa customer yang datang selalu membuat anda merasa bersalah, terima kasih banyak.assalamualaikum”
Kenapa jadi ngeliatin aku kayak gitu. Gaya-nya aja mirip ustazd, tapi  itu mata juga nggak bisa diajak damai.
Rheina melangkah keluar dari toko, tapi Ia merasa masih di perhatikan, Ia berusaha tidak memperdulikan, berhenti melangkah, berpaling ke belakang. Si cowok berkulit putih bengkoang, Rudy! masih menatapnya penuh. Seolah tengah melihat pajangan barang antik dalam etalase, dengan penuh keyakinan akan tindakannya Rheina menghampiri.
“anda lupa saat ini anda memakai fashion apa tuan tampan?anda sudah mencoreng mata para ustazd lain. missssterrr Rudy apakah mata anda bisa di ajak berdamai?”
“ma..maaf Rheina saya hanya…”
“jangan lagi ucapkan maaf, malaikat udah bosan mendengarnya, saya maklum kali ini, tapi tolong ajak kompromi mata anda jika customer wanita lain nantinya masuk ke toko ini, jangan sampai gara-gara mata anda yang jelalatan itu Image si pemilik counter jadi rusak, anda Cuma pelayan kan?jangan merusak image si pemilik. Oke ”
Setelah mengucapkan itu Rheina berlalu, dan tidak menoleh sama sekali ke belakang. Rudy menghembuskan nafas panjangnya sesak. Siapakah dirimu gadis sadis? *****
   Azan magrib berkumandang, Rheina sudah siap dengan sajadah dan muzhab-nya, tiba-tiba suara handphone Serly yang dipinjamnnya mengganggu ritual ibadah magrib. Cuma sms. Ia melanjutkan ritualnya. Tidak membaca sama sekali isi pesan tersebut. Hingga selesai sembahyang, ternyata Rheina lupa kalau ponselnya baru saja menerima sms, Ia mengambil piring mulai menyendok nasi, lauk dan makan, tidak lagi menyentuh ponselnya sampai ketika suara berisik antara nada dan getar ponsel mengganggu aktivitas melahap hidangan malam.
“halo..assalamualaikum.”
“waalaikumsalam warohmah, apakah ini Rheina?yang kemarin siang nitip handphone buat di service.”
“Iya benar. Ini siapa ya?”
“saya Rudy, handphone kamu sudah di perbaiki dan sudah bisa di pakai,  bisa kirim alamatnya?saya akan antarkan malam ini ke rumah.”
“tidak perlu di antar, besok pagi  saya ambil sendiri.”
“ini sebagai permintaan maaf saya Rheina atas kejadian tadi siang.”
“saya harus bilang berapa kali Mister Rudy, malaikat sudah bosan mencatat kata maaf di catatan akhirat anda.”
“jangan galak gitu donk Miss Rheina, tidak bolehkah kita bersilaturrahmi?”
“tidak ada Warning untuk larangan bersilaturrahmi, professional-lah dalam bekerja.”
Diseberang Rudy berpikir marahnya Rheina disebabkan sms yang sudah dikirimnya beberapa menit yang lalu. Kenapa aku lancang mengirim sms itu!?
“oke. Kali ini saya datang berkunjung bukan sebagai pramuniaga yang membawa hp customer, saya datang sebagai seorang teman yang ingin berkunjung ke rumah temannya, apa itu salah?”
Ada apa dengan orang ini? kenapa jadi ambisi sekali ingin datang kesini?bagaimana kalau dia benar-benar ngotot datang, sementara uangku belum dikirim Raihan. Mampus aku..
“apakah saya di izinkan untuk berkunjung?”
Nih cowok kenapa ngotot sekali. Kalau dia datang bisa mampus aku, malunya…tidak ada uang buat bayar service sekarang, mana Sherly lagi pergi, aku mau minjam duit sama siapa?
“tidak bisa. Malam ini saya sibuk mengerjakan tugas, anda bisa datang besok. Itu pun kalau saya tidak sibuk.” Alasan yang masuk akal.
“yah, wajar! mahasiswa memang selalu sibuk dengan tugas-tugas kampus. Kalau begitu apa saya bisa minta alamat rumah anda.”
“besok saja sekalian saya mau ambil  hp-nya.”
“oke. Syukron sudah mau berbicara sama saya. Semoga sukses dengan tugasnya. Maafkan sms saya tadi.”
“sms?saya tidak baca sms dari anda.” Berarti sms magrib tadi Dari dia!?
Berarti dia belum membaca sms-ku, syukurlah berrati marahnya dia bukan karena sms, kata Pak Muslim, aku harus menemukan alamat gadis itu.
“begini saja, apa saya boleh minta alamat Fb anda nona Rheina?”
Rheina lelah, menghadapi ambisi laki-laki yang tanpa Ia sadari mulai ingin mendekatinya. Akhirnya..
“oke. Add saja saya atas nama Rheina Al-hasanah dengan email Rheinaalhasanah28@yahoo.com”
“sekali lagi syukron Rheina. Assalamualaikum.”
“waalaikum Salam.”
“I’m Coming….” Sherly berteriak di depan pintu sambil menenteng plastic Vanhollano, sudah pulang dari shoppingnya, kebiasaan konsumtif, Ia mengeluarkan brownies ukuran jumbo dari dalam kotak.
“suka?” Rheina diam saja, selera makannya hilang.
“hei..helloooo, kamu kenapa?wajahmu kayak baru ketemu macan kelaparan.”
“emang aku baru ketemu macan kelaparan.”
“jangan ngawur..  tadi aku liat kamu lagi nelpon, serius amat, siapa sih?”
Rheina menyodorkan handphone ke tangan Sherly, wajahnya sudah kayak jeruk purut diperas airnya. Rambutnya yang tergerai indah di kucek sembrawutan pertanda kalau Ia tengah pusing dan kesal.”aku…jengkel”
Sherly masih tidak berkedip menatap layar hp, serius membaca file sms.
Assalamualaikum bidadari surga..
Saat ku berbicara pada sang penampung curhatan seorang hamba.
Ya Allah..pertemukanlah aku dengan seorang yang akan engkau halalkan untukku.Malam ini kejora berkelip sangat indah, Alhamdulillah! semua karena siang tadi do’aku dikabulkan sang khalik. Aku menemukannya, menemukan sosok wanita shaleha, meskipun dia galak dan sadis dalam berbicara, ada setetes embun penyejuk jika menatap bening matanya. Astagfurullahalazim…seratus kali aku beristigfar, minta ampun karena iman-ku telah terkikis ketika aku menatap wajahnya. Tidak ada jalan lain untuk mengembalikan iman itu selain Ia menjadi halal untukku. untuk itu aku bertanya padanya, Izinkah Ia jika aku menyayanginya?berbalaskah perasaan ini?by-Rudy
“cowok gilaa, gombal banget..siapa dia Rhe?”
“tukang counter.” Mendengar kata counter Sherly langsung tertawa terbahak-bahak, cekikikan menahan tawanya. Masih terus tertawa sampai matanya ber-air menahan geli.
“apaan sih?nggak ada yang lucu.”
“mukakmu yang lucu.” Sherly masih terus tertawa
“jangan ketawa lagi, kesal ni..”
“ngomong-ngomong cakep nggak?”
“mirip Kevin aprilio. Tapi Kevin yang ini pakai baju koko plus lobe putih nempel di kepala.”
“what..” mata Sherly membelalak mendengar detail style yang dijabarkan Rheina. Tawanya kemabali meledak.
“ha..hahaha kenapa sih kamu selau di taksir sama kyai-kyai, dulu Rifa’I sekarang..!?siapa tadi namanya, oh iya Rudy. Se-sekali anak band kek atau mahasiswa, atau dosen muda yang banyak jam terbangnya ampe luar negeri biar bisa jalan-jalan gratis sekalian. Ini pak kyai, duh..kyai penjaga ponsel pulak, nggak lucu..”
“Sherly…bukan pak kyai. Yang ini masih kiyut tau..wajahnya Kevin banget, aku nggak suka cowok putih kesan bencong. Makanya jadi kesal,selalu ditaksir sama cowok berkulit putih. ”
“Raihan kan putih, kalo gitu kita tukaran aja, kamu sama Rendy aku sama Raihan gimana..?”
“Sherly…
Dua bantal mendarat diwajah Sherly.**********
Rheinaalhasanah28@yahoo.com”
Bhirtday:Tgl.28.nopember
Status:berpacaran dengan Raihan
Hobby:baca buku sampai ngantuk
Wajahnya langsung pias, jantung Rudy berpacu lebih cepat dari biasanya, Ia mengepal tangannya kuat, menahan gejolak yang melintasi hatinya. Raihan siapa itu Raihan?bathinnya bergemuruh, ternyata gadis itu sudah punya pacar. Pacar belum tentu jadi suami. Hiburnya, Rudy merasakan ada sengatan kecil di ulu hatinya, saat ia membaca status Rheina di jejaring sosial itu. membuka album foto Fb Rheina yang memang bebas di buka, langsung meng-klik wajah Raihan yang berpose berdiri berpelukan mesra dengan Rheina, Sengatan itu semakin tajam menusuk pertahanan jantungnya, menatap tak berkedip monitor yang memajang wajah mesra Rheina dan Raihan. Tidak perlu cemburu, bhatinnya menghibur, Ia sendiri bingung mengapa tiba-tiba wajah gadis itu selalu mengusik aktivitasnya, dia sudah berusaha berkonsultasi kepada pak Muslim, seorang mentor dakwah Salafy yang mengubah pandangan dan tata cara hidup dan ibadahnya. Sudah 25 tahun Ia menghirup udara dunia, belum pernah Ia merasakan jantungnya berdebar hanya dengan sekilas menatap wajah perempuan, Rudy di kenal sebagai seorang aktivis dakwah Salafy  yang harus juhud, tidak terlena dengan dunia, menitipkan cinta hanya untuk tuhan semata. Ia seorang pekerja keras, tidak gengsi mengerjakan apapun asal itu halal, bahkan Rudy anak pertama dari lima bersaudara yang punya nama lengkap Rudy Warji’un itu selalu menundukkan kepala jika bertemu wanita, tidak menerima uluran tangan lawan jenisnya walau hanya bersalaman, pernah bekerja sebagai cleaning service di sebuah Mall, meskipun tidak pernah masuk fakultas tekhnik Ia dipercaya oleh sepupunya untuk mengurus bisnis counter yang menerima services dan jual beli handphone, sekalian kursus gratis menjadi tekhnisi ponsel, memang akhirnya Rudy banyak belajar dari sepupunya yang seorang pengusaha suskses tempatnya bekerja. Punya wajah tampan, kulit putih bersih membuat banyak wanita suka curi perhatian, terutama mahasiswa yang kost disamping counternya, namun Ia selalu bersikap dingin, tanpa bermaksud sombong kepada wanita yang ingin mencuri perhatiannya,  Tapi si polos yang tidak pernah mengenal dekat perempuan selain ibunya itu, kini sedang berhadapan dengan perang bhatin-nya, rasa percuma ber-ibadah terkadang menyusup ke hati, tahajjud-nya tidak pernah tinggal, witir rutin dilakukan, segala macam puasa untuk mengendalikan nafsu dunia  Ia  laksanakan, namun tetap saja Ia runtuh kepada perempuan mungil yang sekarang sudah merasuki seluruh sendi tubuh bahkan menyusup hingga ke tulang-tulangnya.
“bagaimana Rudy?kenapa diam saja?”
Pak Muslim yang menunggui Rudy berkelana di jejaring social buka suara, melihat wajah anak muridnya sudah berubah memerah. Ia hanya menunduk tanpa memandang wajah gurunya. Akhirnya Bapak berperawakan bijaksana itu mengintip apa yang tengah dibaca anak asuhnya. Ia tersenyum mengeleng pelan kepalanya. “kamu mencintainya.” Rudy diam, namun matanya sudah menjawab semuanya. Secepat itukah? ”kamu harus menemuinya Nak?cari alamatnya segera.”   
     bidadari aku tidak akan membiarkanmu tersesat memilih pasangan, belum jadi suamimu Ia sudah berani memelukmu, tunggu saja!   
****
Sudah dua ratus meter langkah Rheina beranjak dari Rumah tapi Ia belum menemukan cara bagaimana mengelak dari bayaran service handphone, Raihan sedang mandah ke Pulau terpencil artinya Ia tidak bisa mengirim duit untuk Rheina. Minjam sama Sherly jelas uangnya sudah habis buat shopping tadi malam,  minjam sama yang lain Rheina tidak sudi, tahan gengsi donk! bagaimana kalau aku bilang dompetku ketinggalan, ahh aku benci kebohongan, kalau aku bilang ngutang, malunya…tidak aku lebih baik menghindar saja sampai besok, Raihan bilang besok bisa di kirim, Karena Ia besok pergi ke kota.
Tiiit tuliiitliit..nomor tak dikenal
“Halo, assalamualaikum.”
“walaikum salam, ini saya Rudy.” Ini dia, Pucuk di cinta ulampun tiba.
“syukurlah Bang! anda menelpon saya, rencananya tadi saya ingin menelpon anda, kemungkinan handphone saya tidak bisa saya ambil hari ini. Karena saya-saya..” Rheina bingung menyusun kalimat, ternyata Ia lupa tengah jengkel kepada makhluk yang sedang dipikirkannya itu, tiba-tiba menelpon.
“tidak perlu di ambil, karena saya sudah membawanya.”
“maksudnya?”
“sekarang saya lagi di kost kamu Rheina, maaf kedatangan saya tanpa pemberitahuan.”
Mata Rheina seakan hendak keluar. Membundar terkejut, Rudy sudah berada di kostnya. darimana dia tau alamat kost-ku. Kini Rheina benar-benar kehabisan akal untuk menghindar, Ia harus menghadapinya. Sepanjang jalan menuju Kost-kosan Rheina hanya berdo’a semoga ada keajaiban datang menghampirinya , sehingga Ia tidak perlu merayu si tukang counter hanya untuk servis hp gratis.
“assalamualikum”
“waalakumsalam..sudah sampai mana tadi?”
“belum jauh kok baru sampai ujung gang, sendirian bang? Kok bisa tau alamat saya?”pertanyaan basa-basi
“jawaban pertama: nggak, bertiga sama atid dan rakib, jawaban kedua: itu qudrat lelaki” Rheina tersenyum mendengar lelucon itu.
“atid dan rakib tidak disuruh isttirahat dulu.”
“sebenarnya aku ingin menyuruhnya istirahat, agar…” agar para malaikat itu tidak mencatat kesalahanku hari ini, menjumpai gadis yang bukan muhrimku. Dan aku sangat nyaman bila menatap bening matanya.
“hello..kenapa melamun?agar kenapa?”
“nggak..nggak jadi..ini ponsel kamu,.” Kali ini Rheina yang tercekat, berusaha semaksimal mungkin terlihat normal.
“saya bikin minum dulu. Hp-nya..”
“tidak usah di bayar, hp kamu tidak rusak kok. Hanya kemasukan air saja , setelah di buka dan di panaskan langsung bisa hidup, jadi..tidak perlu bayar services-nya, kita deal, anggap saja sebagi permintaan maaf saya. oke.” Rheina merasa kalimat barusan adalah sebuah keajaiban untuknya.
“terima kasih, benar ni tidak di bayar?”
Kau mau  mengobrol denganku saja sudah bayaran termahal bagiku
“kalau mau bayar, seharga hp-nya.”
“kalau seharga hp, hp-nya buat bang Rudy saja.” Rudy tersenyum, ia lega Rheina sudah tidak se-sadis pertama bertemu. Lima menit hening tanpa suara, Rheina benci kehilangan bahan dalam mengobrol.
“Rheina, boleh aku manggil nama kamu kan?” Rudy menatap serius, Rheina risih di tatap seperti itu, Ia memalingkan wajahnya berpura-pura memandang jalanan yang berdebu.
“ya ampun..nggak ada larangan, nama tuhan saja selalu di panggil kok.” Jawabnya semaksimal mungkin dengan suara normal.
“boleh Tanya sesuatu, mungkin ini terlalu ngurusin.”
“kalau aku bisa jawab akan ku jawab tapi kalau aku tidak ingin menjawab, dilarang memaksa. Ok” Rudy tersenyum
“Raihan itu pacar kamu?maaf, jika menanyakan hal pribadi.”
Rheina mengkerutkan keningnya. Otak cerdasnya langsung teringat facebook, Sudah dua hari Rheina tidak membuka Fb, berarti Ia sudah add aku, dan melihat statusku. Rheina merasa bersyukur Rudy membaca statusnya, jadi Ia tidak perlu repot-repot memberitahukan laki-laki itu kalau Ia sudah punya pacar, dan tidak mengganggunya lagi setelah urusan ponsel selesai.
“Iya, dia pacar aku. emang kenapa?ada yang salah.”
“tidak ada yang salah kok..” Rheina menangkap wajah Risau pemuda yang ada dihadapannya.
“saya pulang dulu, terimakasih sudah mau mengobrol.” Rudy memasang helm di kepalanya.
“seharusnya saya yang mengucapkan terima kasih bang Rudy. Abang sudah mengantar hp-ku plus gratis pula, terimakasih banyak.” Senyumnya menghipnotis Rudy namun cowok yang selalu berpakaian sederhana itu langsung tancap gas sampai lupa mengucap salam, Rheina mengkerutkan keningnya, menatap bingung sisa punggung laki-laki yang kemudian menghilang di balik tikungan gang. ***
BAB III
RUNTUHNYA POWER DOSEN KILEER
Sisa Hujan menyejukkan kota yang biasa dengan cuaca terik panas, langit masih tampak sedikit mendung, matahari seolah malas memanaskan jagad raya, membiarkan penghuni  bumi bersembunyi di balik selimut tebal, cuaca seperti ini suatu anugerah buat Rheina, biasanya cuaca panas mengharuskan Rheina naik ojek dari simpang gapura kampus menuju fakultas yang hanya berjarak 800 meter, lumayan jauh jika dilalui dengan berjalan kaki di bawah cuaca panas terik, hari ini Ia tidak perlu merogoh koceknya hanya untuk naik ojek dari gapura kampus menuju fakultasnya, matahari yang tertutup awan mendung plus hembusan angin yang menyejukkan menambah semangat langkah Rheina yang biasa berteman udara panas menyengat, siap segera sampai ke lokal.  Sambil melangkah tangannya membuka lembaran makalah yang akan di perrsentasekan kelompok 10, kelompok diskusi terakhir. Berarti Minggu depan akan mid semester, di liriknya jam tangan 20-puluh ribuan yang melingkari pergelangan mungilnya. 07.20, masih tersisa sepuluh menit untuk sampai ke kelasnya. Mempercepat langkah Rheina menyusuri gedung-gedung dengan arsitektur kubah dengan bangunan seni yang tinggi itu se-sekali matanya menikmati bangunan berseni islami ala timur tengah, betapa Ia merasa bersyukur berkuliah di universitas bergengsi sekalipun harus mengorbankan cinta yang Ia miliki. Tidak…seharusnya Rheina memang tidak merasa harus mengorbankan cinta, tidak ada cinta sejati di atas dunia ini selain milik tuhan, segalanya bisa lepas kapan saja, yang sudah menikah saja bisa cerai apalagi yang masih pacaran!!!enak-enak melamun Rheina tidak menyadari sebuah motor dengan cepat menyempret becek sisa hujan tadi malam tepat disampingnya, tanpa merasa bersalah sedikitpun si pengemudi motor melarikan motornya sebelum sumpah serapah Rheina keluar dari mulut. Kini Rheina melongo plus bengong melihat cipratan air lumpur menempel di rok bahkan sebahagian menempel di kertas makalah yang harus Ia persentasekan tujuh menit lagi. “dasar mahasiswa tak punya otak, kuliah hanya suruhan orang tua, ngak punya hati” maki Rheina kesal. Tentu saja itu bukan mahasiswa yang sering Rheina juluki sebagai pemegang ideology, karena tidak bertanggung jawab, se-enaknya kabur meninggalkan dosa. Tidak ada waktu untuk menukar rok ny yang basah Ia bersegera menuju local. Karena lumpur yang menempel di roknya cukup banyak Rheina mencari toilet terdekat dengan tergesa Ia membasuk sedikit-sedikit air ke roknya agar lumpur bias hilang setelah itu ia pun buru-buru berlari kecil menuju kelasnya..07.32 dua menit telah berlalu artinya rheina telat. Tuk tuk theina mengetuk pintu yang sebenarnya terbuka, Ia tau dosen yang tengah dihadapiny adalah dosen bertitel Phd yang killernya nauzubillah.